Aktivis Lentera Negeri Dianiaya dan Diskusinya Dibubarkan Paksa, Ini Desakan LBH Makassar
Apalagi insiden tersebut disertai penganiayaan dan perampasan laptop serta tas milik pembicara dan peserta diskusi.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN-TIMUR. COM, MAKASSAR – Direktur lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Makassar Haswandy Andi Mas mengecam keras oknum ormas yang telah membubarkan paksa diskusi yang digelar Lentera Negeri.
Apalagi insiden tersebut disertai penganiayaan dan perampasan laptop serta tas milik pembicara dan peserta diskusi.
"Tindakan pelaku telah sangat jelas melanggar hukum dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun ajsran Islam," kata Haswandy di Makassar, Minggu (16/4/2017).
Karena itu LBH Makassar mendesak Kapolrestabes Makassar bersikap tegas dengan menangkap para pelaku dan memproses sesuai hukum yang berlaku.
Baca: Diskusi Tentang Kuliah di Luar Negeri, Pembicara dan Aktivis Lentera Negeri Dipukul
"LBH mengajak semua elemen masyarakat sipil untuk bersatu padu melawan segala bentuk tindakan yang bersifat intoleran dan anarkis," pesan pria yang akrab disapa Wawan ini.
Pembubaran paksa diskusi yang disertai penganiayaan itu terjadi di Volunteer Coffee, BTN Antara, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Kamis (13/4/2017) malam lalu.
“Saat itu kami digiring ke masjid dan dipaksa mengaku syiah. Padahal kami bukan syiah,” ujar Dr Muhammad Syahid ST MT, pendiri Lentera Negeri yang malam itu ikut hadir diskusi.
Lentera Negeri adalah lembaga yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan anak yatim serta anak kurang mampu.
Lembaga ini didirikan 17 Agustus 2013 silam. Pendirinya sebagian besar alumni HMI. Setiap bulan rutin menggelar diskusi.
"Kebetulan diskusi kali ini menghadirkan Syaharuddin Abbas," jelas Syahid, dosen Fakultas Teknik Unhas sekaligus pengurus KAHMI Makassar ini.
Syaharuddin merupakan alumni Sastra Arab Unhas yang juga alumni short course University of Al-Ma’had, Al-Islaamy Al-Aly, Karbala, Irak.
Syaharuddin yang juga hafidz ini sehari-hari mengajar di Pesantren Nurul Junaidiyah Luwu Timur.
Pesantren ini diasuh Ketua NU Luwu Timur (Lutim) sekaligus pengurus MUI setempat.
Tema diskusi “Once Upon a Time in Karbala and Irak.” Peserta diskusi didominasi mahasiswa.