Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Tentang Aiptu Sunaryanto di SPN Batua, Sering Dapat Sanksi Hingga Dijuluki Toet-toet

Karena aksi heroiknya itu, penumpang bernama Risma Oktaviani dan anaknya Dafa Ibnu Hafiz yang masih balita, selamat dari penyanderaan penjahat.

Penulis: Muslimin Emba | Editor: Mahyuddin
Muslimin Emba/tribunjeneponto.com
Kabag Humas Polres Jeneponto, AKP Moh Wahyu di Warkop Liwang, Binamu, Kamis (13/4/2017). 

TRIBUNJENEPONTO.COM, BINAMU - Aiptu Sunaryanto mendapat penghargaan atas keberaniannya membebaskan penumpang angkot T25 dari pelaku perampokan bersenjata.

Penghargaan itu diberikan langsung oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Mochammad Iriawan.

Karena aksi heroiknya itu, penumpang bernama Risma Oktaviani dan anaknya Dafa Ibnu Hafiz yang masih balita, selamat dari penyanderaan penjahat.

Namun, Anda mungkin sedikit tercengang jika mengetahui nilai latihan menembak Sunaryanto saat mengikuti pendidikan di SPN Batua tahun 1994-1995.

Seorang rekan seangkatannya di Barak bersandi Lumba-lumba, AKP Moh Wahyu yang kini menjabat Kabag Humas Polres Jeneponto, Sunaryanto dikenal tidak terlalu cakap saat latihan menembak.

"Padahal dulu Pak Sunaryanto itu, nilai menembaknya tidak terlalu bagusji juga, karena sering dapat sanksi dari pelatih saat latihan nembak," ujar Moh Wahyu ditemui TribunJeneponto di Warkop Liwang, Jl Pahlawan, Kecamatan Binamu, Jeneponto, Kamis (13/04/2017).

Baca: Alumnus SPN Batua Aiptu Sunaryanto Terima Penghargaan Usai Bebaskan Penumpang Angkot yang Disandera

"Saya salut atas ketenangannya (Sunaryanto) menggunakan revolver yang cepat dan tepat mengenai sasaran lengan pelaku," kata mantan Kapolsek Batang itu.

Menurut Wahyu, menggunakan revolver tidak semudah menggunakan senjata jenis glock.

"Kalau revolver agak sedikit sulit karena pertama kita harus tarik dulu pelatuk sebelum menarik pemicunya, beda dengan glok lansung saja tarik pemicunya," tutur Wahyu.

Nama panggilan Sunaryanto saat menjalani pendidikan di SPN Batua selama 11 bulan tiga minggu, adalah Toet-toet.

Diberi gelar nama Toet-toet lantaran Sunaryonto doyan memakan roti gerobak yang dijajakan dengan menggunakan pengeras suara toet-toet.

"Lucu orangnya itu (Sunaryanto), selain logat betawinya yang kental, kalau dengar penjual roti toet-toet dia lansung loncat dari ranjangnya," tutur Wahyu yang bersebalahan ranjang saat masih mengeyam pendidikan di SPN Batua.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved