Curhat Susno Duadji Terkait Masalahnya Sekarang dan Aktivitasnya dari Sawah hingga Pasar Loak
Susno juga curhat terkait apa yang dihadapinya setelah menjadi petani
TRIBUN-TIMUR.COM - Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Komisaris Jenderal (Purnawirawan) Polisi Susno Duadji kini menjalani hidupnya dengan damai di Pagaralam, Sumatera Selatan.
Setelah melalui masa hukuman 3,5 tahun penjara dan pensiun dari kepolisian, Susno kini beralih profesi menjadi seorang petani yang menggarap lahan pertanian milik kedua orangtuanya.
Saat berada di tengah sawah, penampilannya tak jauh berbeda dengan petani-petani lainnya.
Mengenakan kaos, celana panjang dan mengalungkan handuk di bagian leher.
Pemandangan itu terlihat dari foto-foto yang diunggah di akun Facebook miliknya.
Susno juga curhat terkait apa yang dihadapinya setelah menjadi petani.
True my problem :
Sejak purna tugas sy lbh banyak di kampung halaman bertani ngerjakan lahan warisan orang tua,; kebun, sawah, dan pekarangan, sedikit kolam ikan.
sawah ini adalah warisan org tua saya yg juga petani, luasnya tidak seberapa.
sekarang saya garap sendiri, benaran loh !!!
Persoalan yg kami hadapi khususnya untuk petani padi adalah murahnya harga beras/ gabah saat di musim panen sehingga biaya produksi ; ongkos garap, pupuk, obat-obatan, benih tidak sebanding dng uang yg didapat dari hasil jual beras / gabah.
Bukan subsidi yg kami harap , tapi harga beras dan gabah yg hrs sebanding dng ongkos produksi.
Import beras, mekanisme pasar beras / gabah mungkin perlu diperbaiki agar memihak rakyat kecil.
Silahkan coba menggarap sawah supaya tau persis permasalahan yg kami hadapi,
Kami tunggu, semoga berkenan, semoga !
Pada foto-foto yang lain Susno juga tampak tengah berbelanja di pasar loak.
Dia membeli buku, pakaian hingga minyak goreng di pasar-pasar warga.
“Pasar tradisional, pedagang kaki lima, pedagang asongan, lapak, kedai, warung, pedagang emperan di mana kalau di Sumatera Selatan merata mulai dari kota Palembang, kota Kabupaten, kecamatan bahkan sampai ke desa yg disebut kalangan. Pasar tradisional sejenis ini hrs diakui sebagai benteng ekonomi kerakyataan yg menggerakan perekonomian rakyat dan tanpa disadari menopang ekonomi konglomerat / kapitalis,” tulisnya.