Ini Faktanya, Puasa Dahsyat Melawan Berbagai Penyakit Kanker
mulai kanker payudara, kanker kulit melanoma, kanker otak glioma dan neuroblastoma, kanker yang terbentuk di jaringan saraf dan
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Para ilmuwan yang melakukan penelitian tentang Ibadah Puasa, menemukan bahwa ternyata puasa memicu regenerasi sel dan ampuh melawan sel kanker.
Kepala Departemen Kesehatan dan Urusan Terapi Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Dr Mashhor Al-Hantoushi, menyampaikan kepada Arab News, Senin (6/7/2015), penelitian medis menemukan puasa bisa memperlambat pertumbuhan kanker payudara, kanker kulit melanoma, kanker otak glioma dan neuroblastoma, dan kanker yang terbentuk di jaringan saraf.
“Beberapa pasien kanker yang melakukan kemoterapi sambil berpuasa merasakan efek samping yang lebih sedikit daripada mereka yang tidak berpuasa,” kata Al Hantoushi.
Biasanya orang yang melakukan kemoterapi akan merasakan mual, muntah, diare, tuli dan rambut rontok.
Pengobatan Jadi Efektif, Sembuh
Belum lama ini, Penelitian lain juga dilakukan di University of Southern California.
Mereka menemukan bahwa puasa memperlambat pertumbuhan dan penyebaran tumor, dan membantu penyembuhan beberapa kasus kanker ketika dikombinasikan dengan kemoterapi.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Translational Medicine menemukan bahwa ketika bereksperimen pada tikus.
Dalam setiap kasus, menggabungkan puasa dengan kemoterapi membuat pengobatan kanker lebih efektif.
Tapi tak satu pun dari tikus selamat saat mereka diperlakukan dengan kemoterapi saja.
Al-Hantoushi berharap bahwa temuan akan mengarah pada pengembangan rencana pengobatan yang lebih efektif dan penelitian medis lebih lanjut, sehingga bisa membuktikan bahwa puasa dapat menjadi cara terbaik untuk memerangi kanker.
Penyakit Kronis Sembuh
Berbagai penelitian telah banyak menguak manfaat kesehatan yang diperoleh dari puasa. Penyakit kritis pun bisa sembuh dengan berpuasa.
Seperti dilansir meetdoctor, dalam penelitian ilmiah, juga tidak ditemukan efek merugikan dari puasa pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.
Puasa juga menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengurangi atau menghilangkan racun, seperti nikotin, polusi udara, lemak, kolesterol, dan radikal bebas dari tubuh, atau mengubahnya serta membersihkan lendir yang berlebihan untuk merevitalisasi fungsi alami tubuh.
Selain itu puasa juga dapat meningkatkan proses eliminasi dan meningkatkan pelepasan racun dari usus, ginjal, dan kandung kemih, paru-paru dan saluran pernapasan, sinus dan kulit.
Dengan berpuasa, keseimbangan nutrisi dapat terbantu.
Beberapa pakar kesehatan mengatakan ketika tubuh tak terisi makanan, terjadi keseimbangan nutrisi yang mengakibatkan asam amino dan berbagai zat lainnya, dapat membantu peremajaan sel dan komponennya dalam memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari.
Selama berpuasa, Anda tidak mengonsumsi apapun termasuk air putih pada siang hari.
Alih-alih membuat tubuh kelaparan, hal tersebut rupanya baik untuk tubuh, karena dapat meminimalkan beban kerja pada organ pencernaan, usus, lambung, hati, kandung empedu, pankreas, dan ginjal.
Tak hanya itu, berpuasa juga merupakan momen penting bagi tubuh untuk memulihkan diri, karena memecahkan makanan membutuhkan banyak energi.
Selain itu, sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa saat berpuasa akan terjadi peningkatan limfosit hingga sepuluh kali lipat.
Hal tersebut karena keseluruhan sel darah putih tidak berubah, bahkan sel T mengalami kenaikan pesat.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berpuasa akan menurunkan kadar apo-betta dan menaikkan kadar apo-alfa1.
Kondisi tersebut dapat menjauhkan Anda dari beberapa serangan penyakit, seperti jantung, dan pembuluh darah. Sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Nah, bahkan saat Anda tengah menjalani puasa akan membuat kondisi psikologis menjadi tenang dan tidak dipenuhi rasa amarah.
Hal tersebut rupanya dapat menurunkan adrenalin, karena saat marah akan terjadi peningkatan jumlah adrenalin 20-30 kali lipat.
Adrenalin itu sendiri akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, dan menambah volume darah ke jantung.
Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya. (Arab News/muslimahcorner/islampos/PR/dr. Aria Wibowo/meetdoctor)
