Ismail atau Ishak-kah Yang Akan Dikurbankan?
Mizwar Pengamat Lintas Agama/ Pendiri LBB JILC Makassar
Mizwar
Pengamat Lintas Agama/
Pendiri LBB JILC Makassar
BUKAN dalam Alquran belaka, perintah penyembelihan (kurban) putra Ibrahim (Abraham) AS diceritakan pula dalam Alkitab (Taurat).
Peristiwa ini lebih lengkap dijelaskan dalam Alkitab. Meski tidak terperinci seperti Alkitab, Alquran Karim memberikan gambaran singkat, padat, dan tentang pengujiahn keimanan bapak agama-agama Samawi ini .
Meskipun kedua peristiwa ini dijelaskan dalam dua kitab suci, tetapi terdapat perbedaan prinsipil dalam kisah kedua kitab suci ini. Perbedaan itu soal sosok siapa yang akan dikurbankan, Ishak atau Ismail.
Alkitab dengan jelas menyebutkan bahwa yang dikurbankan adalah Ishak sedangkan Alquran tidak menyebutkan secara spesifik nama putra Ibrahim yang akan dikurbankan, sehingga kritikus Al Quran menganggap bahwa Putra Ibrahim yang akan dikurbankan adalah Ishak, meskipun Umat Islam secara keseluruhan meyakini bahwa yang akan dikurbankan dalam peristiwa ini adalah Ismail.
Perdebatan tentang siapa yang akan dikurbankan telah terjadi sejak dulu dan tidak pernah selesai sampai sekarang.
Kontroversi ini dimaklumi karena tidak ada referensi ilmiah ketiga yang dapat dijadikan rujukan menguji kebenaran peristiwa pengurbanan dalam kedua kitab suci ini.
Satu-satunya cara yang dapat dijadikan pedoman untuk menguji tentang kebenaran peristiwa ini adalah berdasarkan kitab suci itu sendiri. Kedua kitab suci ini mengkonfirmasi dan menceritakan hikayat ini;
Versi Alkitab
KISAH pengorbanan Ishak atas perintah Allah kepada Abraham (Ibrahim) tercatat dengan jelas dalam Kitab Kejadian, (Alkitab) 22:1-3.
(1) Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
(2) Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
(3) Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
Atas dasar ayat inilah umat Kristen meyakini bahwa anak yang akan dikurbankan oleh Abraham adalah Ishak dan bukan Ismail sebagaimana kepercayaan Umat Islam di seluruh dunia.
Dalam kitab Kejadian 22:2 di atas, Allah memerintahkan kepada Abraham mengambil anak Tunggalnya, Ishak, untuk dipersembahkan.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah Ishak adalah anak Tunggal Abraham?
Abraham memiliki anak yang bernama Ismail yang usianya 14 tahun lebih tua dari Ishak. Kejadian 16:16. Abram (Abraham) berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hajar melahirkan Ismael baginya. Kejadian 21:5. (Kisah Hagar dan Ismael dapat dibaca pada Kejadian 16:1-16).
Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya. (Kisah kelahiran Ishak dapat dibaca pada Kejadian 21:1-7).
Berdasarkan ayat ini, Ishak tidaklah dapat dikatakan sebagai putra tunggal. Bahkan, justru Ismail, kakak Ishaklah yang menyandang gelar anak Tunggal selama 14 tahun.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Ishak pernah menyandang anak Tunggal Abraham? Sampai wafatnya Abraham, baik Ishak maupun Ismail masih hidup. Kejadian 25:7 - 10. (7) Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima tahun, (8) lalu ia meninggal.
Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. (9) Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre, (10) yang telah dibeli Abraham dari bani Het; di sanalah terkubur Abraham dan Sara isterinya.
Lalu, jika Alkitab menyebutkan bahwa Ishak adalah anak Tunggal karena Ismael bukanlah anak Abraham sesungguhnya karena ia lahir dari Budak Mesir, inilah kata Alkitab. Kejadian 16:1-4.
(1) Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
(2) Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. (3) Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
(4) Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu.
Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.Abraham mempunyai dua orang anak berdasarkan I Tawwarikh 1:28. (28) Anak-anak Abraham ialah Ishak dan Ismael.
Jadi menurut Alkitab, Hagar adalah istri sah Abraham, dan Ismail adalah anak sah Abraham.
Akan tetapi para Theolog Alkitab mengklaim bahwa satu-satunya anak Tunggal yang dimaksud dalam Alkitab adalah hanya Ishak, karena Ishak adalah anak perjanjian (Kejadian 17 : 19), yang disebut keturunan yang berasal dari Ishak (Kejadian 21:12) dan ahli waris tunggal Abraham adalah Ishak (Kejadian 21: 10).
Kronologis tentang Ismail dan Ishak dalam Alkitab, menunjukkan bahwa ayat yang bercerita tentang peristiwa pengorbanan (Kejadian: 22:1-19), letaknya setelah ayat yang berkisah tentang kelahiran Ishak (Kejadian 21:1-7).
VERSI AL QURAN
Peristiwa pengurbanan ini diceritakan juga dalam Al Quran dalam versi yang sangat singkat, dan tanpa menyebut secara jelas nama anak yang akan dikurbankan oleh Ibrahim.
Akibatnya, kritikus Al Quran menganggap bahwa Al Quran sebenarnya juga ragu-ragu untuk menyebut siapa sebenarnya yang dikurbankan, apakah Ishak atau Ismail.
Di lain pihak, Alkitab secara jelas menyebutkan putra Tunggal yang akan dikurbankan. Mari kita simak ayat-ayat Al Quran yang bercerita tentang kisah perintah Allah kepada Ibrahim versi Al Quran sebagai berikut dalam Surah Ash Shaffat ayat 100 - 111.
(100) "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh".
(101) Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
(102) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahimberkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar".
(103) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
(104) Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
(105) susungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang berbuat baik.
(106) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(107) Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
(108) Kami abadikan Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang yang dating kemudian.
(109) (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".
(111) Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Perhatikanlah kutipan ayat-ayat di atas, memang tak satu pun menyebutkan nama Ismail sebagai anak yang akan dikurbankan. Akan tetapi tanpa penyebutan nama Ismail, seseorang juga tak dapat mengklaim bahwa yang dimaksud dengan ayat tersebut di atas adalah Ishak.
Akan tetapi ternyata bahwa kisah di atas masih berlanjut ke ayat berikutnya. Ash Shaffat : 112. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh.
Setelah peristiwa perintah pengurbanan, Ibrahim diberi kabar gembira dengan kelahiran seorang anak yang saleh dan termasuk salah seorang Nabi Allah, yaitu Ishak. Oleh karena Ibrahim hanya memiliki dua anak, maka tentu anak yang dimaksud dalam ayat di atas adalah Ismail, dan bukan Ishak yang baru lahir setelah peristiwa perintah pengurbanan.
Islam Terpatuh
Terlepas dari siapa yang hendak dikorbankan, apakah Ismail atau Ishak, sebaiknya, kita pemeluk-pemeluk agama samawi (Yahudi, Nasrani/Kristen, Islam) bersama-sama mengikuti dan menjalankan tradisi atau syariat ini.
Sebab selama ini yang paling aktif melaksanakan perintah kurban ini adalah orang Islam. Padahal tradisi ini telah ada sejak nabi Adam, ketika dua orng putra nabi Adam yaitu Qabil (Kain) dan Habil (Habel) mempersembahkan kurbannya kepada Allah dan salah satu kurban dari mereka ditolak. (Kitab Kejadian 4 : 3-8 dan QS. Al Maedah 27-31).