Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

110 Tahun PSM

HUT 110 PSM: Yosef Wijaya Kenang Juara Perserikatan 1991/1992, Harap Kembali ke Makassar

Yosef Wijaya adalah pemain PSM ketika merengkuh juara Perserikatan 1991/1992.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Muh Hasim Arfah
Dokumen pribadi Yosef Wijaya
LEGENDA PSM- Kolase foto legenda PSM Makassar Yosef Wijaya (kanan) ketika masih bermain dalam skuad PSM Makassar. Yosef Wijaya adalah pemain PSM ketika merengkuh juara Perserikatan 1991/1992. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – PSM Makassar menunjukkan eksistensi di sepak bola Indonesia.

Klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) bakal berusia 110 tahun pada 2 November 2025.

Selama klub berdiri tak pernah merasakan degradasi.

PSM Makassar konsisten berada di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Prestasi cemerlang ditorehkan.

Tim Pasukan Ramang ini membukukan tujuh gelar juara sepanjang perjalan di sepak bola Indonesia.

Enam kali juara Perserikatan dan satu gelar juara Liga 1 musim 2022/2023.

Baca juga: Warning PSM Makassar! Rekor Terburuk 4 Laga Kandang Sejak Liga 1 2017

Belum lagi trofi Piala Indonesia serta prestasi lain di kancah sepak bola internasional.

Pencapaian ini menjadikan PSM Makassar sebagai klub yang tidak hanya bersejarah, tetapi juga relevan di era modern sepak bola.

Legenda PSM Makassar Yosef Wijaya mengatakan, PSM Makassar eksis sampai sekarang karena sejarah panjangnya.

“PSM Makassar sudah terkenal sejak era Ramang, sehingga abadi di mata penggemarnya,” katanya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Senin (20/10/2025).

Namun, mantan kapten PSM Makassar ini sangat prihatin tim kebanggaannya itu tak mempunyai markas di Kota Makassar.

PSM Makassar pun terpaksa menjadi tim musafir lima tahun terakhir pasca dibongkar kandang sebelumya, Stadion Mattoanging.

Pasukan Ramang kini menjadikan Stadion BJ Habibie, Parepare sebagai homebase.

Stadion berkapasitas 8.547 penonton ini berjarak 150 kilometer dari Kota Makassar.

Yosef Wijaya berharap, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman dan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin bisa membangun stadion di Kota Anging Mammiri.

Supaya PSM Makassar bisa kembali ke kota asalnya bermain.

“PSM Makassar salah satu klub tertua sangat memprihatinkan tak punya stadion (markas). Itu bikin saya sedih. Semoga segera punya stadion,” ucapnya.

Bagi Yosef, kehadiran stadion di Makassar sangat penting.

Suporter tak perlu lagi jauh-jauh ke Parepare untuk menyaksikan tim bertanding.

Ditambah lagi, harus mengeluarkan biaya tak sedikit. Beli makanan, minuman, transportasi dan tiket.

“Saya kira stadion harus ada di Makassar,” harapnya.

Karier di PSM Makassar

Yosef Wijaya memperkuat PSM Makassar selama 11 tahun. Gelar juara Piala Jusuf 1984 dan juara Perserikatan 1991/1992 berhasil diraih.

Ia memulai karier dari PSM Makassar junior 1982.

Setahun berselang, Yosef Wijaya diorbitkan ke skuad senior PSM Makassar. Usianya kala itu masih 20 tahun.

Ia mengaku bisa cepat ke skuad senior karena banyaknya pemain PSM Makassar gabung ke Makassar Utama di kompetisi Galatama.

“Jadi lowong posisi di PSM Makassar. Saya dari junior terpilih masuk di PSM Makassar,” akunya.

Di musim pertama bersama PSM Makassar pada 1983, Yosef Wijaya langsung merasakan bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jl Pintu Satu Senayan, Jakarta Pusat.

Tim Juku Eja bermain di stadion yang berdiri 24 Juli 1962 itu berkat lolos sebagai runner up grup Wilayah Timur Divisi Utama.

Namun, PSM Makassar gagal melangkah ke final.

Gelar juara pertama akhirnya diraih Yosef Wijaya bersama PSM Makassar pada 1984.

PSM Makassar menjadi kampiun Piala Jusuf.  

Kemudian pada 1985, ia bersama PSM Makassar finish di peringkat tiga Divisi Utama.

Waktu itu PSM Makassar diberi gelar juara tanpa mahkota.

Pasalnya, ungkap dia, tim penyandang semangat Ewako ini berhasil mengalahkan juara kala itu PSMS Medan dan runner up Persib Bandung.

PSM Makassar harus puas juara tiga lantaran kalah jumlah poin.

Puncak tertinggi prestasi pemain dijuluki Si Tembok Putih ini ketika membawa PSM Makassar juara Perserikatan 1991/1992.

PSM Makassar mengangkat trofi juara usai mengalahkan PSMS Medan dengan skor 2-1 melalui perpanjangan waktu.

“Jadi saya itu ada medali emas, medali perak dan perunggu selama jadi pesepakbola,” sebutnya.

Walau bersinar bersama PSM Makassar, Yosef Wijaya tak mampu mempersembahkan medali bagi Sulsel di Pekan Olahraga Nasional (PON).

Baginya itu sebuah kekurangan dalam karir sepak bolanya. Ia membela tim sepak bola Sulsel pada PON XI Jakarta pada 1985.

Tim sepak bola Sulsel tak bisa berbuat banyak. Padahal materi pemainnya dari skuad PSM Makassar.

Tim sepak bola Sulsel tersingkir di penyisihan grup.

“Itu saya merasa kurang sebagai pemain sepak bola karena tidak berhasil di PON,” ucap pria berusia 62 tahun ini.

Kenangan Tak Bisa Dilupa

Selama 11 tahun berkarir sepak bola banyak kesan dan kenangan dialami Yosef Wijaya.

Yang akan selalu melekat diingatannya saat PSM Makassar juara Perserikatan 1991/1992.

Alasannya, PSM Makassar kembali merasakan juara setelah puasa gelar 25 tahun. Ditambah lagi perjalanan tim sangat unik.

Yosef Wijaya menuturkan PSM Makassar di awal musim tersebut sangat tertatih-tatih.

Padahal diisi pemain bertabur bintang, kombinasi pemain PSM Makassar dan pemain dari Makassar Utama yang bermain sebelumnya di Galatama.

Namun, hasil kurang bagus didapatkan. Hanya satu poin didapatkan dari lawatan ke Jawa Timur.

PSM Makassar kalah 3-0 dari Persebaya Surabaya, takluk 1-0 dari Persema Malang dan menahan imbang Persegres Gresik.

Perombakan besar setelah itu dilakukan oleh pelatih PSM Makassar kala itu Syamsuddin Umar dan Manajemen PSM Makassar.

Langkah berani diambil. Sejumlah pemain bintang eks Makassar Utama dikeluarkan.

Lantaran pemain bintang dimiliki tak menjamin tim menjadi solid. Justru ego tinggi dipunya, sehingga tim tak terlalu bagus.

“Makanya disadari oleh Pak Syam dengan merombak besar tim. Akhirnya setelah terbentuk tim baru malah bagus,” tuturnya.

Setelah itu PSM Makassar terus mengantongi kemenangan demi kemenangan.

Hingga akhirnya menjadi kampiun setelah mengalahkan PSMS Medan dengan skor 2-1 di partai puncak.

“Itu salah satu kenangan tak bisa dilupakan (juara Perserikatan 1991/1992),” sebut mantan Kepala Bulog Bali ini. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved