Dosen UNM Berikan Pelatihan Bahasa Damai hingga Resolusi Konflik di SMK Telkom
Ketua tim, Asri Ismail, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahasa damai merupakan kunci dalam menciptakan suasana sosial yang harmonis
Penulis: CitizenReporter | Editor: Ari Maryadi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali menegaskan komitmennya dalam pengabdian kepada masyarakat melalui pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) bertajuk Peace Building melalui Pelatihan Bahasa Damai dan Kewargaan Damai.
Kegiatan ini berlangsung di SMK Telkom Makassar dan diikuti oleh puluhan siswa yang antusias mengikuti setiap sesi pelatihan.
Program ini dipimpin oleh Asri Ismail, S.Pd., M.Pd., selaku ketua tim pelaksana, Adapun yang menjadi anggota tim PKM ini, yaitu M. Yunasri Ridhoh, S.Pd., M.Pd., Andi Noor Mubaraq.
Pelatihan ini didasari oleh pengamatan tentang fenomena kurangnya kesadaran siswa dalam menggunakan bahasa yang santun dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun media sosial.
Seringkali, interaksi antar siswa masih diwarnai bahasa yang keras, tidak ramah, atau bahkan berpotensi menimbulkan konflik.
Untuk itu, tim PKM ini mengusung spirit Bahasa Damai yang menekankan pentingnya penggunaan bahasa santun, konstruktif, dan inklusif dalam komunikasi.
Para peserta tidak hanya mendapatkan pemahaman teoritis, tetapi juga melakukan praktik melalui simulasi dan studi kasus tentang dampak penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.
Ketua tim, Asri Ismail, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahasa damai merupakan kunci dalam menciptakan suasana sosial yang harmonis.
“Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga representasi karakter. Dengan membiasakan diri menggunakan bahasa damai, siswa sebenarnya sedang menanamkan nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Asri Ismail Senin (6/10/2025).
Selain bahasa damai, peserta juga mendapatkan pelatihan Kewargaan Damai.
Materi ini memperkenalkan konsep kewargaan dalam konteks demokrasi, toleransi, serta tanggung jawab sosial.
Siswa diajak memahami bahwa sebagai warga negara, mereka tidak hanya memiliki hak, tetapi juga kewajiban untuk menjaga kerukunan dan mencegah konflik.
Dalam sesi ini, siswa diajak berdiskusi mengenai pengalaman sehari-hari mereka dalam menghadapi perbedaan pendapat, baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Melalui metode partisipatif, mereka belajar bahwa kewargaan damai bukan sekadar kepatuhan terhadap aturan, melainkan juga kesadaran untuk menjadi bagian dari komunitas yang inklusif dan menghargai keberagaman.
Asri Ismail, S.Pd., M.Pd., berharap nilai-nilai damai yang diperkenalkan dapat terus dipraktikkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Curhat Sopir Petepete Gegara BBM Langka: Kurang Dibawa Pulang Karena Beralih ke Pertamax |
![]() |
---|
Kabar Baik untuk Warga Sangkarrang, Pemkot Makassar Segera Hadirkan Kapal 'Petepete' |
![]() |
---|
Dermaga Jadi Tempat Mediasi Warga, Ketua RW Kodingareng Minta Posko Khusus |
![]() |
---|
UMKM Meradang! Biaya Operasional Naik 10 Persen Imbas BBM Langka |
![]() |
---|
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin Ajak PT SMI Kolaborasi Bangun Stadion |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.