Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

MQKI Sengkang

Guru Besar UIN Jakarta: MQKI Sengkang, Panggung Kebangkitan Islam Nusantara

Tradisi pengajian dan pembacaan kitab yang hidup di pesantren menjadi wadah pembentukan akal dan moral yang khas Indonesia. 

Editor: AS Kambie
dok.tribun
DOSEN UIN - Potret Prof Dr Ahmad Tholabi Kharlie yang diterima Tribun Timur pada 1 Oktober 2025. Tholabi Kharlie adalah Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menghadiri MQKI Sengkang di Wajo, Sulawesi Selatan, 1-7 Oktober 2025. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Musabaqah Qira’atil Kutub Internasional (MQKI) yang digelar di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan, pada 1–7 Oktober 2025 menjadi perhatian banyak kalangan. 

Bagi Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie, ajang ini lebih dari sekadar lomba membaca kitab kuning. MQKI menjadi momentum kebangkitan tradisi keilmuan Islam Nusantara yang memiliki resonansi global.

“MQKI adalah panggung besar bagi tradisi keilmuan pesantren Indonesia untuk tampil di pentas dunia. Dari Sengkang, dunia akan melihat betapa Islam di Nusantara memiliki akar keilmuan yang dalam, beradab, dan dialogis,” ujar Tholabi Kharlie, Rabu, 1 Oktober 2025, ketika dimintai tanggapan mengenai perhelatan tersebut.

Tholabi menegaskan bahwa kitab kuning bukan hanya teks klasik, melainkan simbol ekosistem ilmu yang membentuk peradaban.

Tradisi pengajian dan pembacaan kitab yang hidup di pesantren menjadi wadah pembentukan akal dan moral yang khas Indonesia. 

“Di dalam lembaran kitab kuning, tersimpan narasi besar tentang cara umat Islam Nusantara belajar berpikir, berdebat, dan berdialog dengan penuh etika,” ujar Tholabi Kharlie

Ia merujuk pandangan sejumlah sarjana Barat perihal tradisi keilmuan Islam di Nusantara yang telah lama berjejaring dengan dunia Islam, dari Haramayn hingga Mesir. 

Menurut mereka, pesantren tidak hanya melahirkan ahli agama, tapi juga intelektual kosmopolit yang berperan dalam percaturan global pemikiran Islam.

Lebih lanjut Tholabi menjelaskan, MQKI juga berfungsi sebagai “diplomasi budaya” Islam Indonesia. Ia memperlihatkan wajah Islam yang teduh, ilmiah, dan terbuka terhadap keragaman. 

“Melalui MQKI, Indonesia mengirimkan pesan damai ke dunia bahwa Islam Nusantara mampu berdialog dengan zaman tanpa kehilangan jati diri,” kata Tholabi Kharlie.

Ajang ini, lanjutnya, merupakan bentuk soft power baru Indonesia di bidang keagamaan.  Fakta itu menunjukkan bahwa warisan pesantren Indonesia telah mendapat pengakuan internasional dan memiliki nilai universal.

Namun Tholabi mengingatkan agar MQKI tidak berhenti pada seremoni tahunan.

Menurutnya, keberhasilan sejati terletak pada kemampuan menjadikan MQKI sebagai wahana regenerasi ulama intelektual muda. 

“Para peserta MQKI bukan hanya dituntut mampu membaca dan menerjemahkan teks, lebih dari itu harus bisa menafsirkan dan mengontekstualisasikannya dengan realitas modern,” jelas Tholabi Kharlie.

Ia mendorong pemerintah dan pesantren untuk menindaklanjuti MQKI dengan langkah konkret misalnya: digitalisasi kitab, kolaborasi riset lintas pesantren dan perguruan tinggi, serta penguatan kemampuan bahasa Arab akademik agar karya ulama muda bisa menembus forum ilmiah internasional.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved