Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Manusia Silver Asal Makassar Beraksi di Maros, Terpantau Mangkal di Simpang BRI dan Grandmall

Data Dinsos Maros, sebagian besar dari mereka bukan warga Maros, melainkan berasal dari Makassar.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Anak Jalan - Keberadaan Anak Jalanan (Anjal) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, semakin marak. Mereka kerap terlihat beroperasi di beberapa titik ramai, seperti di simpang BRI dan depan Grandmall Maros. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Fenomena anak jalanan (Anjal) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, kian memprihatinkan.

Mereka bukan sekadar anak-anak yang kehilangan tempat bermain, tapi juga kehilangan hak dasar untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman dan layak.

Mereka kerap terlihat di beberapa titik strategis seperti simpang BRI dan depan Grandmall Maros beraksi sebagai manusia silver, badut jalanan, hingga peminta-minta.

Data Dinsos Maros, sebagian besar dari mereka bukan warga Maros, melainkan berasal dari Makassar.

Hal ini menjadi sorotan serius Anggota DPRD Maros, Arie Anugrah.

Ia mengkritisi pendekatan pemerintah daerah yang dinilainya belum cukup sistemik.

“Pemerintah harus lebih masif dan serius. Ini bukan sekadar soal ketertiban, tapi soal masa depan anak-anak. Ada indikasi kuat mereka dimanfaatkan oleh oknum. Kalau tidak ada intervensi menyeluruh, mereka akan terus kembali,” tegas legislator PAN ini.

Menurut Arie, pembinaan tanpa dukungan infrastruktur yang memadai hanya akan menjadi upaya tambal sulam.

Ia mendorong adanya shelter khusus dan pos pengawasan di titik-titik rawan untuk mencegah anak-anak kembali ke jalan.

“Maros ini dekat dari Makassar. Posisi strategis ini membuat mobilitas mereka tinggi. Sayangnya, pemerintah belum fokus penuh. Itu yang memberi celah eksploitasi terus terjadi,” tambahnya.

Soal regulasi, Arie menilai undang-undang sudah cukup menjadi dasar hukum. Namun, inisiatif dan keberanian daerah dalam membuat program khusus adalah kunci.

Di sisi lain, Kasatpol PP Maros, Eldrin Saleh Nuhung, mengakui pihaknya telah berulang kali melakukan penertiban.

Namun, fenomena ini tetap muncul kembali, terutama di luar jam kerja.

“Kami tetap lakukan penertiban, tapi biasanya mereka kembali malam hari. Setiap anak yang terjaring kami serahkan ke Dinsos untuk asesmen,” ujarnya.

Penyebab utama, menurut temuan sementara dari asesmen, adalah faktor ekonomi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved