TRIBUN-TIMUR.COM - Todd Dias telah menjabat sebagai Konsul Jenderal Australia di Makassar selama 2 tahun.
Pengangkatannya diumumkan secara resmi oleh Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, pada pertengahan Juni 2023.
Ia menggantikan Bronwyn Robbins yang bertugas di Makassar dari tahun 2020 hingga 2023. Sebelumnya, Richard Matthews adalah konsul jenderal pertama di kota ini.
Sama seperti pendahulunya, selama dua tahun menjabat, Dias aktif menjelajahi Indonesia Timur untuk mempromosikan kerja sama antara Australia dan wilayah tersebut.
"Saya sangat bangga ditempatkan di sini sebagai Konsul Jenderal, bukan hanya di Makassar, tapi untuk 12 provinsi di Indonesia Timur dan sudah bisa mengunjungi seluruh provinsi itu," kata Dias dalam pidatonya saat pembukaan Knowledge and Innovation Exchange (KIE) di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, pada Selasa (19/8/2025) kemarin.
Baca juga: 3 Peneliti Australia, 16 dari Indonesia Ungkap Kondisi Lingkungan dan Perubahan Iklim di Makassar
Konsulat Jenderal Australia di Makassar membawahi 12 wilayah yurisdiksi (wilayah kerja), yakni:
1. Kalimantan Timur,
2. Kalimantan Selatan,
3. Sulawesi Selatan,
4. Sulawesi Tenggara,
5. Sulawesi Barat,
6. Sulawesi Tengah,
7. Gorontalo,
8. Sulawesi Utara,
9. Maluku,
10. Maluku Utara,
11. Papua Barat Daya, dan
12. Papua Barat.
Setelah mengunjungi semua provinsi itu di 4 pulau (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua), Dias menyadari jika masing-masing provinsi memiliki ciri khas tersendiri walaupun berada di pulau yang sama.
"Saya sadar bahwa semua provinsi berbeda, punya keunggulan yang berbeda, punya ciri khas yang berbeda, dan juga geografis yang sangat berbeda," kata Dias, diplomat Australia yang pernah ditugaskan di Uni Emirat Arab.
Dias bukan hanya telah mengunjungi provinsi di wilayah yurisdiksi Konsulat Jenderal Australia di Makassar, namun provinsi lain di Pulau Jawa dan Sumatera.
Dia sudah beberapa tahun tinggal di Indonesia.
Sebelum diangkat jadi konsulat jenderal, Dias menjabat Kepala Bagian Ekonomi, Perdagangan, dan Investasi Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia di Jakarta.
Tugas dan tinggal sementara di Makassar membuat Dias juga belajar bahasa Bugis dan Makassar.
Di awal dan akhir pidatonya, Selasa kemarin, pejabat karier di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia itu menggunakan bahasa lokal untuk menyapa 200-an hadirin, termasuk bule Australia.
"Baji-baji-ji ki?," kata Dias bertanya dalam bahasa Makassar.
Terjemahannya adalah "Apakah anda semua dalam kondisi baik?"
Ucapan Dias disambut senyuman hadirin.
Dia mengajak para Knowledge and Innovation Exchange, terutama peneliti dari Australia tak hanya sekadar datang ke Makassar untuk hadir di acara itu.
"Harapan saya, tidak hanya hadir untuk acara ini, tapi berkesempatan keliling-keliling Makassar. Bisa mencicipi banyak makanan yang assipaki (enak), yang enak sekali," ujar Dias mempromosikan kuliner Makassar.
Di era Danny Pomanto menjabat Wali Kota Makassar (2014 hingga 2024), Makassar di-branding menjadi "Kota Makan Enak".
Knowledge and Innovation Exchange dihadiri 3 peneliti dan ahli dari Australia, 16 peneliti dari Indonesia, 10 perwakilan pemerintah pusat dan daerah, 12 kelompok masyarakat sipil, akademisi, perwakilan industri, dan pengambil kebijakan lainnya.
Dias menutup pidatonya dengan membawakan pantun dan ungkapan dalam bahasa Bugis.
"Salama-ki tapada salama," ucapnya.
Terjemahan ungkapan itu adalah "Anda selamat dan kita semua selamat".(*)