Forum Dosen Tribun Timur

Aswar Hasan di Mata Sahabat dan Keluarga, Sosok Ulet Menulis

Penulis: Kaswadi Anwar
Editor: Alfian
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FORUM DOSEN - Suasana Dialog Forum Dosen digelar Tribun Timur bersama Forum Dosen dengan tema Mengenang Almarhum Dr Aswar Hasan Msi di Ruang Redaksi Lantai 2 Kantor Tribun Timur, Jl Opu Dg Risadju, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (19/8/2025) sore.


TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Tribun Timur dan Forum Dosen memperingati meninggalnya dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (FISIP Unhas) Aswar Hasan.

Dialog Forum Dosen digelar dengan tema Mengenang Almarhum Dr Aswar Hasan Msi di Ruang Redaksi Lantai 2 Kantor Tribun Timur, Jl Opu Dg Risadju, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Selasa (19/8/2025) sore.

Aswar Hasan meninggal dunia di RS Primaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/8/2025) pukul 20.21 Wita.

Semasa hidup, almarhum dikenal sebagai sosok yang berdedikasi dalam mendidik generasi muda, membimbing jamaah, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan.

Aswar Hasan juga pernah menduduki jabatan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)  Daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) periode 2004-2007 dan 2007-2011.

Dia juga pernah menjabat ketua Komisi Informasi Publik (KIP)periode 2011-2015 dan 2015-2019.

Baca juga: Dr Aswar Hasan: Sang Penjaga Etika Komunikasi yang Mencerdaskan Masyarakat

Kepergian Aswar Hasan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, kerabat, murid, dan rekan sejawat

Ketua Forum Dosen Suryadi Culla mengatakan, kegiatan ini untuk melihat sejauh mana pergaulan, refleksi dan kebersamaan dialami dengan almarhum Aswar Hasan semasa hidup.

“Kita apresiasi sebagai teman-teman almarhum, kita memberikan penghormatan dan penghargaan selama hidup almarhum bersama-sama kita, bahkan memberikan banyak sumbangan pemikiran melalui media,” katanya saat mengawali Dialog Forum Dosen.

Suryadi Culla menyebut, almarhum Aswar Hasan aktif di Forum Dosen sejam berdiri 2005 silam.  Beliau selalu hadir sebagai partisipan.

Bahkan, sampai akhir hayat selalu mengemukan pandangannya melalui tulisan.

Olehnya itu, menurut Suryadi Culla, pikiran-pikiran Aswar Hasan harus tetap hidup.

“Saya kira warisan Pak Aswar sangat penting juga, tidak boleh mati,” tuturnya.

“Saya tidak tahu siapa dari kita bisa serupa (dengan almarhum), tapi paling tidak kritisme dikemukakan beliau tetap jadi semangat dilanjutkan di antara kita,” tambah dia.

Suryadi Culla juga menceritakan awal mulanya berkenalan dengan Aswar Hasan.

Ia bersama Aswar Hasan dan Hasrullah kenal ketika masih mahasiswa baru FISIP Unhas. Ketiganya masuk FISIP Unhas angkatan 1982.

“Saya kenal Pak Aswar pas Posma, perpeloncoan. Saya, Pak Aswar dan Pak Hasrullah itu akrab,” paparnya.

Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur AS Kambie mengenal Aswar Hasan sebagai sosok ulet menulis.

“Kak Aswar itu setiap hari menulis, bahkan saya bilang kak nda enak kalau kita terus dimuat di Tribun. Tapi Kak Aswar bilang selang-seling saja,” katanya.

Selama Aswar Hasan sakit, AS Kambie tetap jalin komunikasi.

Dia sering dihubungi oleh Aswar Hasan di waktu subuh sekadar meminta screenshot tulisannya yang terbit di koran.

“Jam 5 subuh telepon saya, tolong kirimkan screenshot tulisan saya kalau ada,”  ucapnya.

Dalam Dialog Forum Dosen ini, hadir putra almarhum Aswar Hasan, Ahmad Ashari.

Pria akrab disapa Ari ini mengaku Ayahnya masih merasa  Ayahnya masih hidup.

“Saya rasa Bapakku masih ada, entah kenapa saya merasakan seperti itu,” akunya.

Di mata Ari, sang Ayah adalah orang yang rajin menulis. Setiap hari ia dikirimi hasil tulisannya melalui WhatsApp.

Bahkan, di hari-hari terakhir sebelum wafat, Ayahnya menyelesaikan tulisan terakhirnya.

Ayahnya menulis  HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 tahun untuk diterbitkan di 17 Agustus, bertepatan dengan tanggal lahirnya.

“Ayah saya sangat mencintai ilmu pengetahuan dan tulisan khususnya,” ungkapnya.

Bagi Ari, Ayahnya sosok yang sangat unik.  

Ketika orang lain dinas ke luar kota bawa pulang oleh-oleh berupa pakaian dan mainan, Ayahnya justru bawa pulang dengan buku bertumpuk-tumpuk buku.

“Itu yang buat saya bersyukur pada akhirnya, buku itu membuat saya pada akhirnya dan sepupu saya merasakan ilmu pengetahuan,” tuturnya.

Ari sangat bersyukur Ayahnya punya teman, sahabat yang sangat memperhatikan.

Ia pun mengucapkan terima kasih atas perhatiannya tersebut.

“Sebagai perwakilan keluarga juga kepada seluruh sahabat Ayah saya sampai detik ini masih mendoakan beliau, saya yakin Ayah saya dapat tempat terbaik di sisi Allah,” ucapnya.

Hadir dalam dialog ini Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin (FISIP Unhas) Andi Iqbal Sultan, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Sulawesi Selatan (ICMI Sulsel) Prof Arismunandar, Ketua Satupena Sulsel Rusdin Tompo.

Turut hadir Tenaga Ahli Utama Kantor Presiden Prof Ali Mochtar Ngabalin, Ketua KB PII Sulsel Saiful Kasim, Guru Besar Universitas Islam Alauddin (UIN) Makassar Prof Qasim Mathar, Kepala Pusat Kajian dan Advokasi Bantuan Hukum (PKABH) Universitas Muslim Indonesia Prof Muin Fahmal dan dosen FISIP Unhas Hasrullah. (*)

 

 

 

 

Berita Terkini