Maka saat muncul berita bahwa Aswar Hasan adalah orang HTI, menurut saya tidak berdasar. Karena ia tak punya afiliasi organisasi yang pasti.
Ia hanya di kenal sebagai salah satu penggerak Komite Persiapan Penegakkan Syariat Islam (KPSSI) Sulawesi Selatan, meskipun organisasi ini tidak begitu massif.
Hanya saja organisasi ini bukan organisasi terlarang. Organisasi ini menghimpun akademisi, politisi, ulama, tokoh masyarakat, birokrat serta aktivis yang konsen pada gerakan konstitusional, bukan gerakan radikal.
Perlu juga dipahami bahwa munculnya tuduhan Aswar Hasan berafiliasi dengan HTI karena beberapa hal, sebagai berikut.
Pertama, setelah Aswar memperoleh suara terbanyak ketiga dalam pemilihan calon anggota KPI Pusat, ia digadang-gadang sebagai calon ketua dengan posisi terkuat.
Sulit membendung dukungan politik dan dukungan jaringan yang ia punya, karena memang Aswar memiliki modal jaringan yang cukup besar di kalangan akademisi dan politisi. Ia bisa berkomunikasi dengan siapa saja dan tidak memiliki tendensi.
Bukan sekarang saja, tetapi memang sejak dahulu, sejak saya mengenalnya sekitar 15 tahun silam.
Kedua, Aswar memiliki pengalaman panjang mengurusi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah dan Komisi Informasi Provinsi (KIP) Sulawesi Selatan. Ia dua kali menjadi Ketua KPI Provinsi Sulsel dan dua kali menjadi Ketua KIP Sulawesi Selatan.
Ia berhasil memimpin dua periode di KPID Provinsi dan di KIP Provinsi, sehingga dengan pengalaman itu, kualifikasi manajerial kepemimpinan yang ia punya tak bisa dinafikkan.
Aswar jelas seorang professional, independen dan layak didukung menjadi ketua, jika melihat pengalaman ini.
Ketiga, latar belakang gerakan Islam Aswar Hasan yang netral dan memilih ‘jalan tengah’ menguntungkannya. Ia bisa berkomunikasi netral ke Muhammadiyah dan ke NU sebagai dua organisasi Islam terbesar.
Ia individu yang gampang membangun persahabatan dengan siapapun.
Keempat, karena sulitnya mencari letak kelemahan Aswar, maka digali berbagai persoalan yang kadang tidak memiliki keterkaitan dengan karier intelektual dan pengalaman profesionalismenya.
Isu yang digoreng bahwa Aswar Hasan HTI adalah isu politik yang tak berdasar dan tidak memiliki argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Karena itu, memilih isu yang tepat untuk menjegal lawan juga harus dipikirkan akurasi dan kevalidannya. Aswar Hasan adalah muslim moderat yang mengambil posisi intelektual dan akademik yang netral.
Ia penjaga nilai-nilai solidaritas, progresivitas dan modernisme Islam. Aswar adalah cendekiawan muslim organik. Wallahu a’lam bishowab. (*)
(*)