“Seiring waktu, ruang kompetisi semakin terbuka. Tidak ada lagi Orde Baru dengan kekuatannya, sehingga PMII bisa bersaing,” kata mantan Wakil Ketua DPRD Sulsel ini.
Ia menyebut hubungan PMII dan HMI tetap baik.
Bahkan, banyak kader HMI berada di PKB, yang memiliki keterikatan kuat dengan NU dan PMII.
Tak ada diskriminasi terhadap kader HMI di PKB.
Ia menilai PMII dan HMI adalah laboratorium pembentukan kader.
Lama-lama, para kader akan memilih jalannya masing-masing, termasuk ke partai politik seperti PKB.
“Kalau pernah dikader PMII dan HMI, pasti bisa memahami, lebih adaptif dan fleksibel. Itu ruang pembentukan karakter. Kalau bicara ideologi, terlalu jauh,” tutur Ketua Umum PKB Sulsel ini.
Ni’matullah Erbe mengamini pandangan Azhar.
Menurutnya, pernyataan Cak Imin disampaikan di forum internal, mungkin hanya sebagai candaan.
“Jadi candanya internal. Kalau tidak ditanggapi, tidak ada masalah sesungguhnya,” ucapnya.
Namun, ia mengajak PMII dan HMI menjadikan pernyataan tersebut sebagai bahan refleksi.
Apakah benar organisasi ini yang terbaik dan sudah memberi kontribusi nyata?
“Jangan sampai justru jadi beban. Itu bahan evaluasi diri masing-masing. Kalau kita yang terbaik, apakah ini kompetisi? Kan tidak juga,” ujar mantan Wakil Ketua DPRD Sulsel ini.
Baginya, yang terpenting adalah kontribusi nyata organisasi terhadap masyarakat.
Ia tak ingin terjebak dalam perdebatan relasi HMI dan PMII yang dianggap tidak substansial.
“Masyarakat tidak butuh perdebatan itu. Mereka butuh kontribusi. Kalau tidak fisik, ya pikiran. Di situlah perdebatannya, di situlah kompetisinya,” tutup Ketua Umum Partai Demokrat Sulsel ini. (*)