TRIBUN-TIMUR.COM, SINJAI - Kunjungan wisata Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, menurun dari tahun lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Sinjai, Tamsil Binawan.
“Tahun ini pengujung berkurang,” kata Tamsil kepada TribunTimur, Senin (11/8/2025).
Tamsil menyebut penurunan wisatawan mencapai 30 persen.
“Dari tahun lalu dengan waktu yang sama sekitar 30 persen,” ujarnya.
Berbagai faktor kata Tamsil yang membuat wisatawan menurun.
Mulai dari faktor ekonomi, fasilitas hingga adanya tempat wisata baru yang dikelola oleh swasta.
“Jadi faktor inilah yang menyebabkan kurangnya kunjungan wisata,” katanya.
Tamsil menuturkan rata-rata biaya masuk ke Destinasi Wisata di Sinjai Rp10 ribu untuk dewasa dan Rp5 ribu anak-anak.
Baca juga: Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa: Sulsel Bisa Jadi Destinasi Wisata Unggulan
Tamsil mencontohkan destinasi wiata yang sepi pengujung yakni air terjun kembar di Lembang Lohe, Kecamatan Tellulimpoe.
Fasilitas destinasi wisata alam saat ini sudah rusak akibat bencana alam.
“Ada beberapa fasilitas rusak seperti air terjun kembar yang rusak karena longsor,” ujarnya.
Meski begitu, Disparbud Sinjai akan melakukan upaya agar tingkat pengunjung wisata kembali meningkat.
“Salah satu cara yang kami akan lakukan adalah pelaksanaan event di lokasi wisata,” katanya.
Sebelumnya, Hutan Mangrove Tongke-Tongke di Desa Tongke-Tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, memprihatinkan.
Meskipun masih beroperasi, objek wisata alam ini tidak seramai dulu.
Objek wisata ini sepi pengunjung.
Kondisi Hutan Mangrove Tongke-Tongke tampak terabaikan.
Dermaga terbuat dari kayu sudah rusak.
Kayu dermaga telah terlepas dan ada yang lapuk.
Kondisi terparah terdapat di pertengahan dermaga.
Kayu penyangga dan pembatas telah terlihat miring dan jatuh.
Tak hanya itu, papan nama yang terbuat dari plat aluminium bertuliskan “Tongke-Tongke” sudah berjatuhan.
Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan wisatawan tidak lagi berminat ke destinasi wisata ini.
“Pengunjung tidak seramai dulu karena sudah banyak fasilitas yang rusak,” kata petugas karcis, Nuraeni.
Saat ini, kata Nuraeni, pengunjung Hutan Mangrove Tongke-Tongke paling banyak belasan orang.
“Paling banyak belasan. Dulu itu mencapai 50 hingga 100 orang, puncaknya tahun 2022,” ujarnya.
Dulu, Hutan Mangrove Tongke-Tongke menjadi salah satu wisata menarik dikunjungi.
Pengunjung dapat menyaksikan gugusan mangrove terpanjang dan terluas di Indonesia.
Luas kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke sekitar 173,5 hektar.
Ada banyak macam daya tarik tersendiri bagi pengunjung.(*)