TRIBUN-TIMUR.COM -- Kenaikan pangkat Sjafrie Sjamsoeddin mengangkat nama putra Makassar di level nasional.
Menteri Pertanahan itu resmi menyandang pangkat jenderal bintang 4.
Sjafrie Sjamsoeddin pria kelahiran Makassar 30 Oktober 1952.
Ia lulusan Akmil 1974, satu angkatan dengan Presiden Prabowo Subianto.
Sjafrie Sjamsoeddin muda pernah jadi Paspampres era Presiden kedua Soeharto.
Ia pensiun dari TNI AD dengan pangkat terakhir Letnan jenderal alias bintang tiga.
Kini Sjafrie Sjamsoeddin mendapat kenaikan pangkat bintang 4 dari Presiden Prabowo Subianto.
Adapun penganugerahan Jenderal Kehormatan Bintang 4 ini dilakukan dalam acara “Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer” di Pusdiklatpassus Kopassus, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat pada Minggu (10/8/2025).
Upacara penganugerahan ini pun dihadiri langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Sjafrie adalah orang dekat Prabowo, di mana keduanya lulus dari angkatan AKABRI yang sama.
Bahkan, Prabowo mempercayai Sjafri menjadi Menhan saat ini.
Sosok Sjafrie Sjamsoeddin
Sjafrie lahir di Ujungpandang, Sulawesi Selatan pada 30 Oktober 1952.
Ia merupakan lulus AKABRI 1974, satu angkatan dengan Prabowo.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di bidang bisnis dan meraih gelar MBA pada tahun 1993.
Dilansir dari Kompas.com, karier militernya dimulai di lingkungan Baret Merah dengan jabatan sebagai Danton Grup I, Danki II Grup I, Pa Intel Grup I, Dan Satlak Pengawal Pribadi Presiden RI, Wadan Yon Grup I, Danyon I Grup I, Waasops Dan Kopassus (1975-1991).
Ia juga pernah bertugas sebagai pengawal pribadi Presiden ke-2 Soeharto dalam setiap kunjungan ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Singapura, Filipina, Srilanka (1979), Amerika Serikat, Jepang (1980), AS, Jepang, Korea, Spanyol (1982), Malaysia, Singapura (1984), AS, Timur Tengah, Tunisia (1993), India (1994), Denmark, Bosnia, Kroasia, Jerman, CIS (1995).
Kariernya diawali sebagai Komandan Peleton (Danton) Grup I Kopassus (1975-77), Komandan Kompi (Danki) II Grup I (1977-80), Perwira Intel Grup I (1980-81), Dan Satlak Walpri Pres (1978-84), Wadan Denpur 13 Grup I (1982-85), Wadan Denpur 12 Grup I (1986-89), Wadanyon I Grup I (1986-89), Danyon I Grup I (1989-91).
Sejak 1 September 1991, ia menjabat sebagai Wakil Asisten Operasi Komandan Kopassus sejak 2 JUni 1993 dan Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden.
Kemudian pada awal Maret 1995, ia menjabat sebagai Komandan Korem (Danrem) 061 Suryakencana Bogor.
Pada 1 Februari 1996, ia menjadi Kepala Staf Garnisun (Kasgar) I Ibu Kota dengan pangkat brigadir jenderal.
Baca juga: Di Hadapan TNI, Presiden Prabowo Ungkap Kerap Diganggu Ketika Hendak Menyejahterakan Rakyat
Di tahun yang sama tepatnya Agustus 1996, Sjafri menjabat sebagai Kepala Staf Kodam Jaya.
Ketika itu, ia menggantikan posisi Mayjen Susilo Bambang Yudoyono. Satu tahun kemudian, Sjafrie diangkat menjadi Panglima Kodam Jaya pada tahun 1997.
Ia menggantikan posisi Mayjen TNI Sutiyoso setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Ia juga pernah menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli (Korsahli) TNI pada tahun 2001.
Setelah itu ia diangkat menjadi Kepala Pusat Penerangan (Puspen) TNI, menggantikan Marsekal Muda Graito Usodo pada tahun 2002.
Pada 2005, Sjafrie diangkat sebagai Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan.
Akan tetapi, unjuk rasa puluhan korban pelanggaran hak asasi manusia mewarnai pelantikan Sjaffrie. Mereka mempersoalkan diangkatnya Sjafrie yang diduga terkait dalam kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, seperti diberitakan Harian Kompas, 16 April 2005.
Pada 2010, Sjafrie dipercaya menduduki jabatan Wakil Menteri Pertahanan, mendampingi Purnomo Yusgiantoro yang menjadi Menhan saat itu.
Kemudian, ia menjadi wakil ketua Indonesian Asian Games Organizing Committee/Inasgoc pada 2018.
Lalu pada 2019, Sjafrie ditunjuk Prabowo, yang saat itu menjabat Menhan, menjadi penasihat khususnya.
Kini, Sjafrie bertugas sebagai Menhan di kabinet yang Prabowo pimpin. Sjafrie pun mendapat Jenderal Kehormatan Bintang 4.
(Sumber: TribunJabar.id)