Temuan artefak ini juga semakin memotivasi para ilmuwan mencari jejak manusia purba zaman batu pertama di Sulsel, khususnya kawasan Lembah Walannae.
Apalagi, fosil manusia purba dan alat-alat batu berumur 700 ribu tahun yang ditemukan sebelumnya di Flores, Nusa Tenggara Timur, mirip dengan artefak di Situs Calio.
"Ini mirip dengan di Flores dan Filipina. sama dengan gajah kerdil juga ada di Flores. Temuan ini menggiring kami untuk mencari (manusia purba) lebih jauh," ujar dia.
"Kami meyakini Sulawesi menjadi jalur migrasi para manusia purba," pungkasnya.
Peneliti lainnya, Unggul Prasetyo Wibowo saat ditemui di Situs Calio, menjelaskan, pencarian situs manusia purba sudah dimulai sejak 2016 lalu.
Mereka melanjutkan ekskavasi peneliti-peneliti sebelumnya di Walannae yang belum membuahkan hasil.
Puluhan titik telah diekskavasi atau digali, namun tim dan kawan-kawan tak menemui hasil.
Fokus kemudian tertuju saat tim menemukan ratusan bahkan ribuan pecahan alat-alat batu di permukaan sekitar situs Calio, tidak terkubur sedimen.
Karena tak tersedimentasi, tak bisa menentukan seberapa tua artefak-artefak itu.
"Maka tim mulai menggali untuk menemukan artefak di sini (Calio).
Situs digali tak begitu luas.
Hanya petak tanah berukuran 3x4 meter di tengah ladang jagung.
Di sisi utara ladang, area pemakaman umum warga Calio.
Situs ini juga terletak di belakang kantor Balai Penyuluh Pertanian Desa Calio, di sampingnya ada Puskesmas Baringeng.
Tim harus bekerja keras menggali dan memecahkan lempengan batu pasir.