Kisah Veteran Jeneponto Mustari Baso: Dulu Prajurit Elite, Kini Hidup Sulit

Penulis: Muh Ilham Arsyam
Editor: Ari Maryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PRAJURIT KOPASSUS - Sertu Mustari Baso mantan prajurit elite Kopassus kini tinggal di gubuk sederhana di Kabupaten Jeneponto.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pria 82 tahun menghuni gubuk ukuran 2×2 meter tanpa sekat di Dusun Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, 81 km arah selatan Makassar. 

Pria itu bernama Mustari Baso. Lahir 5 Februari 1943.

Dia bukan warga biasa, di depan namanya tersemat purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan pangkat terakhir Sersan Satu (Sertu).

Sertu adalah jenjang Bintara di TNI, lebih tinggi dari Sersan Dua (Serda) dan lebih rendah dari Sersan Kepala (Serka).  

Dulu ia berdinas di satuan elite, Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).

RPKAD didirikan 1952 sebagai satuan elite TNI AD.

Pada 1985, RPKAD resmi berganti nama jadi Kopassus (Korps Komando Pasukan Khusus).

Mustari adalah bagian dari generasi di awal pembentukan satuan ini.

Mustari menjalani hari-harinya dengan sunyi di ruangan sempit berdinding seng di belakang rumah warga bernama Haji Jalling (70).

Jalling dan Mustari masih sepupuan.

Mustari sehari-hari dirawat Hj Sattunia (64), istri H Jalling.

Tribun-Timur.com menemui Mustari Sabtu (2/8/2025) sore didampingi Batituud Koramil 05 Batang, Pelda Alimuddin dan Kapolsek Batang Iptu Purwanto.

Dengan suara lirih dan terbata, ia mengenang masa tugasnya di era orde lama dan baru.

"Saya pernah tugas ke Timor-Timor dua kali, saya juga pernah buru PKI," ucap Mustari sambil tersenyum. 

Ingatan Mustari merujuk pada keterlibatan RPKAD dalam operasi militer memburu, menangkap, dan menumpas anggota serta simpatisan PKI tahun 1965–1966.

Pun, RPKAD jadi salah satu kekuatan utama dalam operasi Seroja di Timor Timur 1975. 

Info lain menyebut, dia juga terlibat dalam pembebasan Irian Barat 1961-1962.

Tak heran, Mustari mengelu-elukan sejumlah nama pembesar TNI di era itu.

Semisal Sarwo Edhie Wibowo, mertua presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yodhoyono (SBY), komandan RPKAD 1964-1967. 

Dua nama lainnya yakni Prabowo Subianto dan Soeharto. Dua tokoh militer dan presiden beda generasi.

Prabowo merupakan jebolan Kopassus.

Meski bukan bagian dari invasi awal Operasi Seroja, Prabowo memainkan peran penting dalam pendudukan militer jangka panjang di Timor Timur dari akhir 1980 hingga akhir 1990-an.

Sebagai bukti bagian keluarga TNI, Mustari masih menyimpan kartu anggota berwarna putih bertuliskan 'Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (PEPABRI) Cabang Kabupaten Bulukumba'.

Dia juga masih menyimpan seragam loreng lengkap dengan lambang Kopassus di bahu kiri dan papan RPKAD di dada kiri, serta papan nama 'M.K.R Baso, (Mustari Karaeng Baso)'. Sementara senjata satu-satunya berupa Sangkur SS-1, kata dia, hilang.

Mustari pensiun 1992. Terakhir tugas di Kodim 1411 Bulukumba. 

Pelda Alimuddin membenarkan Mustari seorang purnawirawan TNI. "Sebelumnya beliau masuk di grup 1 Kopassus Cijantung," katanya. 

Mustari menikah saat bertugas di markas Kopassus di Jakarta Timur itu. Dia memiliki 3 anak. Dua anaknya kini menetap di Jakarta dan satu lagi di Bantaeng, tetangga kabupaten Jeneponto. 

"Tak ada kabar dari istrinya. Anaknya pernah telepon katanya mau datang jenguk tapi sampai sekarang tidak ada," kata putra H Jalling, Bakri Sewang (45).

Pegawai kejaksaan Jeneponto ini mengungkapkan, Mustari tak pernah mau terbuka soal istri dan anaknya, termasuk nama, jumlah dan alamat mereka sekarang. "Cuma satu yang anaknya yang sering dia sebut bernama Dayat, tinggal di Jakarta," katanya.

Hal inilah yang membuat keluarga H Jalling merasa iba dan menampungnya sejak 2023 lalu. 

Mustari pernah 'tertangkap' kamera warga tidur di bawah jembatan pantai Tino Bantaeng dan Terminal Mallengkeri Makassar.

"Awalnya viral di Facebook disebut ada pensiunan tentara telantar di Bantaeng. Kami cek ternyata itu om saya," ungkap Bakri.

Selama 30 tahun hidup sebatangkara, kata Bakri, Mustari tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah.

"Jangankan bupati, kepala desa saja tak pernah menjenguk," tambahnya.

Namanya juga tak pernah ada daftar veteran yang diundang dalam Perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus. 

Bagaimana eks pasukan elite ini bertahan hidup?

Selain dari uluran tangan keluarganya, Mustari masih menerima tunjungan kehormatan purnawirawan Rp400 ribu yang cair tiap awal bulan.

Pada 2024, pemerintah memberi tunjangan veteran (tuvet) dan dana kehormatan sekitar Rp1,8–1,9 juta per bulan.

Namun, bagi yang tak memenuhi persyaratan administratif hanya menerima dana kehormatan Rp 400 ribu-an saja. 

Data resmi dari Kementerian Pertahanan, jumlah veteran Republik Indonesia (yang mencakup purnawirawan TNI/Polri) per Januari 2024 tercatat 336.455 orang.

Di lingkup TNI veteran Seroja sekira 2.200, PKRI 32.806, Dwikora 405 dan veteran Perdamaian 1.425 orang.

Survei Litbang Kompas Mei 2020 menunjukkan, 64,3 persen veteran dan keluarganya hidup kurang sejahtera.

Sebanyak 27,5 % tak bisa memenuhi kebutuhan pokok dan 21,3 % tak memiliki akses layanan kesehatan. (*)

Berita Terkini