TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Iran periode 2003-2006, Prof Basri Hasanuddin, menyebut Iran sebagai negara yang dikaguminya.
Selama tiga tahun menjabat di sana, ia mengaku mendapat kesan yang baik. Warganya bersahaja, dan tingkat keamanannya sangat tinggi.
“Iran termasuk salah satu negara dengan peradaban tertua di dunia setelah Romawi dan Yunani,” ungkap Prof Basri dalam Diskusi Publik Konflik Iran-Israel dalam Perspektif Dunia Islam, Kamis (26/6/2025).
Diskusi ini diinisiasi Tribun Timur bersama ICMI Orwil Sulsel, KAHMI Makassar, dan Forum Dosen.
Prof Basri menambahkan, banyak negara yang berharap Iran mengalami kehancuran. Negeri itu bahkan pernah berperang dengan Irak selama delapan tahun. Saat ini, Iran berkonflik dengan Israel.
Namun, menurutnya, Iran selalu menunjukkan keberanian dan keteguhan.
Baca juga: Diskusi Publik Tribun Timur: Efek Konflik Iran-Israel dan Risiko Penutupan Selat Hormuz
“Iran itu pemberani. Ketika perang terjadi, mereka buktikan kalau memang berani,” tegasnya.
Revolusi Iran dan Ketakutan Amerika
Basri Hasanuddin mengulas sejarah Iran di bawah kepemimpinan Mohammad Reza Pahlavi, yang kala itu bekerja sama dengan Amerika Serikat membangun infrastruktur nuklir.
Namun, Revolusi Iran pada 1978 menggulingkan rezim Reza Pahlavi. Kepemimpinan berganti ke ulama Ayatollah Ruhollah Khomeini yang mendirikan Republik Islam Iran.
Setelah revolusi, program nuklir tetap dijalankan, meski tidak semulus sebelumnya. Meski begitu, Iran berhasil mencetak ahli-ahli nuklir, yang membuat Amerika dan Israel khawatir.
“Jadi luar biasa ketidakadilan terhadap bangsa Iran selama berpuluh tahun sampai sekarang,” katanya.
Menurut Prof Basri, Amerika Serikat bersikap hati-hati terhadap Iran, khususnya pada era Presiden Barack Obama dan Joe Biden. Namun, saat Donald Trump berkuasa, pendekatannya lebih agresif, bahkan menyerang fasilitas nuklir Iran.
Langkah Trump menuai kecaman, termasuk dari masyarakat Amerika sendiri.
Sementara itu, Israel kini juga kesulitan menghadapi Iran. Ia menyebut Tel Aviv dan pelabuhan Haifa mengalami kerusakan.