Perspektif

Pasca Idul Adha

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OPINI - Syamril Direktur Sekolah Islam Athirah

Oleh: Syamril

Direktur Sekolah Athirah

TRIBUN-TIMUR.COM - Pada hari ini, Idul Adha dan hari tasyrik telah berlalu.

Memotong hewan seperti kambing, sapi dan unta tidak bisa lagi bernilai qurban.

Pasca idul Adha perlu kita renungi apa yang masih tersisa. Tentu bukan hanya daging hewan qurban tapi juga ada hikmah yang berbekas ke hati dan jiwa melalui peningkatan iman, takwa, amal saleh dan akhlaqul karimah.

Menurut Ust. Adi Hidayat Id artinya kembali ke asal mula. Jika dimaknai lebih mendalam bisa juga kembali kepada Pencipta yaitu Allah.

Suatu saat kita semua akan meninggal dunia dan kembali kepada Allah. Hal yang perlu diperhatikan yaitu kondisi saat kembali.

Apakah husnul khotimah dan nafsul muthmainnah sehingga kembali dalam ridha, rahmat dan ampunan Allah. 

Kata kedua yaitu qurban yang artinya menjadi semakin dekat. Bukankah setiap hari kita mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah khusus dan sosial?

Jadi idul qurban bukan hanya kembali shalat id tapi kembali semakin dekat kepada Allah.

Mari periksa kondisi hati dan jiwa pasca Idul Adha. Apakah semakin lembut dan mudah tersentuh saat dzikir dan membaca kalam Ilahi. 

Pada idul Adha juga ada peristiwa haji. Inti ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Tujuannya untuk mengenali diri.

Mari renungi perjalanan hidup selama ini. Dari usia yang Allah berikan, berapa lama yang telah diisi dengan amal saleh.

Jika masih banyak kesalahan segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Cari akar masalah mengapa masih banyak berbuat salah.

Selepas wukuf jamaah haji pergi ke Muzdalifah dan lanjut ke Mina melempar jumrah Aqabah di tanggal 10 Dzulhijjah.

Jumrah aqabah adalah simbol hawa nafsu yang membuat manusia berbuat salah. Hancurkan itu semua dengan lemparan batu atas nama Allah. 

Pada idul Adha juga ada penyembelihan hewan qurban. Hal ini bermakna penyembelihan hewan qurban yaitu memotong semua sifat kebinatangan seperti serakah, amarah, sombong, dengki, iri hati.

 Jika hawa nafsu bisa dikendalikan maka muncul sifat takwa yang cenderung kepada kebaikan.

Penyembelihan hewan qurban berawal dari mimpi Nabi Ibrahim a.s di mana Allah memerintahkannya menyembelih anaknya Ismail.

Disampaikannya mimpi itu ke anaknya dan Ibrahim minta pendapat Ismail. Luar biasa jawaban Ismail.

Dia meminta bapaknya menjalankan perintah Allah dan berharap semoga dia termasuk golongan orang-orang sabar.  

Hikmah dari kisah ini bahwa Nabi Ibrahim a.s, Ismail dan juga istrinya Siti Hajar adalah orang-orang saleh dan salehah karena punya iman, sabar, tawakkal, ridha dan ikhlas.

Iman membuat mereka patuh, tunduk dan taat menjalankan perintah Allah tanpa syarat, termasuk perintah menyembelih anak kesayangan semata wayang yang ditunggu hampir 100 tahun. 

Saat idul Adha dan 3 hari setelahnya, tiap selesai shalat berjamaah dilanjutkan dengan takbiran. Maknanya setiap muslim senantiasa membesarkan Allah dalam hidupnya.

Bukan membesarkan hawa nafsunya. Bukan membesarkan harta dan jabatan yang membuatnya lupa diri karena lupa kepada Allah.

Semoga aturan Allah senantiasa menjadi referensi dalam segala pikiran, perkataan dan perbuatan. 

Semoga Idul Adha tidak berlalu begitu saja, ada hikmah yang membekas dalam jiwa. Bukan hanya bekas kolesterol dalam darah.

Mengingat selalu saat kembali kepada Nya dan berharap husnul khotimah. Ada tekad meraih cinta Allah melalui muhasabah diri, taubatan nasuha dan bertekad patuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya.*

Berita Terkini