Sampai di lapangan, Sukri sudah menunggu dengan senjata rakitan Papporo'.
Jarak tembak maksimum 45 meter.
Keduanya pun bersiap melepaskan timah panas.
Hidup atau mati tergantung nasib.
"Terserah kamu mau tembak bagian mana yang enak-enak," begitu kalimat yang dilontarkan Jusuf Manggabarani,
Jusuf membuka kancing bajunya.
Ditunjuk dadanya sebagai sasaran tembak.
Ia berbicara menantang seperti itu kepada Sukri, pemimpin kelompok begundal.
Keduanya berdiri berhadapan di sebuah lapangan di Mangkutana, Kabupaten Luwu, Sulsel.
Anggota polisi yang mengawal Jusuf siaga memantau pergerakan anggota gerombolan Sukri yang jumlahnya juga tidak sedikit.
Jusuf Manggabarani memegang senjata api organik Polri, sedangkan Sukri memegang senjata api rakitan.
Suasana sangat tegang.
Saat Jusuf sudah berhadapan dengan Sukri dengan senjata api di tangan masing-masing, tiba-tiba terdengar letusan. "Dor, dor, dor...."
Rupanya, Sukri menembak duluan.
Tepat ke arah dada Jusuf Manggabarani yang kancing bajunya sudah terbuka.