“Kami beri pengertian ke masyarakat terkait habitat buaya dan buaya tak bisa ditangkap karena statusnya dilindungi,” ungkapnya.
Evakuasi Buaya
Muhammad Rasul mengutarakan, buaya yang beredar di pemukiman warga dievakuasi lalu dipindahkan ke zona aman. Lokasinya, di Towuti, Kabupaten Luwu Timur.
Namun, menurutnya itu bukan menjadi solusi karena hanya memindahkan masalah.
Sebab, buaya memiliki navigasi luar biasa dibandingkan satwa lain.
Buaya mampu kembali ke tempat asalnya.
“Jadi memindahkan buaya ke Towuti bukan solusi, hanya memindahkan masalah. Makanya solusi dengan sosialisasi bagaimana bijak berdampingan dengan satwa liar,” bebernya.
Elang Tak Ada, Ular Tambah Banyak
Di Makassar bukan hanya buaya yang masuk ke pemukiman warga, tapi juga ular. Kebanyakan ular jenis piton.
Muhammad Rasul menerangkan, ular piton tumbuh dan besar di Makassar dengan hidup di got. Mereka makan tikus yang gemuk-gemuk.
Makanya sering ditemui ular piton dievakuasi panjangnya empat sampai enam meter.
Hewan melata itu masuk ke rumah warga biasanya pasca banjir. Ular tak bisa terus terendam. Kalau musim kemarau turun lagi ke selokan.
“Biasanya pasca banjir ular akan keluar dari selokan karena tak mau terendam,” ungkapnya.
Ia mengaku, pertumbuhan ular piton di Makassar luar biasa. Sebab seekor ular bertelur menghasilkan 29 butir.
Ditambah lagi, rantai makanan terganggu. Hewan pemangsa ular itu elang.