TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, kembali mengkritik kinerja wasit usai timnya kalah dari PSS Sleman.
Pertandingan pekan ke-31 Liga 1 2024/2025 antara PSM Makassar dan PSS Sleman dipimpin Nendi Rohaendi, dibantu asisten wasit Fajar Sigit Prasetyo dan Pranoto.
VAR dipegang Ryan Nanda Saputra dan AVAR Fuad Qohar.
PSM Makassar harus mengakui keunggulan PSS Sleman dengan skor 1-3.
Laga digelar di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (3/5/2025) malam.
Kekalahan ini membuat PSM turun ke posisi sembilan klasemen dengan 44 poin.
Sementara itu, PSS Sleman naik ke peringkat 17 dengan 25 poin, meski masih berada di zona degradasi.
Usai pertandingan, Bernardo Tavares menyindir kemenangan PSS Sleman yang menurutnya dipengaruhi keputusan wasit dan VAR.
“Selamat kepada PSS Sleman yang memenangkan pertandingan, mencetak tiga gol menurut wasit dan menurut VAR,” ujarnya dalam konferensi pers.
Pelatih asal Portugal itu menilai wasit memiliki pengaruh besar dalam laga tersebut.
Ia menyebut timnya bermain baik di awal laga dan sempat mencetak dua gol.
Gol pertama dicetak Yuran Fernandes pada menit ke-12.
Namun, wasit menganulir setelah melihat tayangan VAR.
Yuran dianggap mendorong pemain PSS sebelum mencetak gol.
Namun, putusan berbeda diambil wasit di menit ke-40.
Fahrul Aditia, gelandang PSM Makassar, terlihat didorong pemain PSS Sleman di kotak penalti.
Meski jatuh, wasit tidak menganggapnya pelanggaran dan tidak meninjau VAR.
“Saya kira wasit sangat berpengaruh dalam pertandingan ini. Fahrul didorong tapi dianggap bukan pelanggaran, sementara gol Yuran dianulir karena pelanggaran,” tegasnya.
Ia juga menyoroti gol ketiga PSS yang dicetak Gustavo Tocantins.
Menurutnya, sebelum mencetak gol, Tocantins mendorong bek PSM, Syahrul Lasinari.
Namun, setelah memeriksa VAR, wasit tetap mengesahkan gol tersebut.
Jika keputusan seperti itu terus terjadi, Tavares mengatakan lebih baik ia mengirim pemain PSM U-18 atau U-20 saja.
“Kalau memang begini, kenapa tidak diberi tahu sejak awal? Saya bisa kirim U-18 atau U-20 ke sini. Pemain utama bisa istirahat di rumah setelah jadwal padat dan perjalanan jauh,” ungkapnya.
Menurutnya, babak kedua menjadi semakin sulit bagi PSM.
Kelelahan dan emosi pemain memuncak hingga membuat beberapa pemain ingin keluar lapangan.
Tavares juga menyoroti aksi tim teknis PSS yang menghalangi Victor Luiz saat ingin melempar bola ke dalam.
Wasit hanya memberi kartu kuning, padahal menurutnya bisa jadi kartu merah dan sanksi dua tahun.
“Saya tidak nyaman dengan hal ini. Emosi pemain memuncak dan tak bisa dikendalikan. Di babak kedua, karena emosi, kami banyak membuat kesalahan yang memudahkan lawan,” jelasnya.
“Kami justru lebih fokus pada keputusan dan kinerja wasit ketimbang performa kami sendiri,” pungkas mantan pencari bakat FC Porto itu. (*)