TRIBUN-TIMUR.COM, BARRU – Anggota DPRD menyoroti tidak optimalnya pemanfaatan alat pengering gabah (dryer) di gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Barru, Ahmad, tidak menampik adanya persoalan tersebut.
“Seluruh alat dryer gabah itu harus dimanfaatkan dengan baik, karena alatnya telah diberikan kepada gapoktan,” ujarnya, Minggu (4/5/2025).
“Permasalahannya selama ini mereka tidak mampu mengoptimalkan, bahkan tidak mampu mengoperasionalkan,” beber Ahmad.
“Karena itu butuh pembiayaan besar. Kalau ada kerusakan besar, biaya onderdilnya juga besar,” tambahnya.
Ia menjelaskan, pemerintah kini tidak bisa lagi ikut campur dalam pengelolaan dryer gabah.
Pasalnya, statusnya sudah dihibahkan kepada kelompok tani.
Karena itu, kelompok tani diharapkan berupaya mengelola alat tersebut agar biaya operasional bisa tertutupi dari pendapatan dihasilkan.
“Sepertinya inilah yang menjadi masalah, karena tidak mampu dioptimalkan,” jelasnya.
Ahmad menyebutkan, di Barru terdapat tujuh unit dryer gabah yang sebenarnya bisa dimanfaatkan.
Namun, semuanya belum optimal karena tidak digunakan secara maksimal.
“Itu nanti dikatakan optimal kalau dimanfaatkan. Kalau tidak dimanfaatkan, itu namanya tidak optimal,” paparnya.
“Kita dorong supaya dimanfaatkan. Caranya bisa dengan kerja sama, bisa juga dimitrakan dengan pihak yang mampu mengoperasikan,” tandasnya.
Ahmad mengungkapkan, pihak Bulog sempat berniat bekerja sama.
Jika jadi, akan lebih efektif karena saat ini tidak ada pengering besar di Barru.