Haji 2025

Sosok Sulaeman Rotte Bagulu JCH Tertua Sulsel Asal Pinrang, Menangis Naik Haji di Usia 1 Abad Lebih

Penulis: Rachmat Ariadi
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CJH TERTUA SULSEL - Jemaah Calon Haji (JCH) tertua Sulawesi Selatan, Sulaeman Rotte Bagulu (kiri) saat berada di rumahnya di Bacukiki, Kabupaten Pinrang bersiap berangkat haji, Kamis (1/5/2025). Sulaeman berangkat haji di usia 1 abad lebih.

TRIBUN-TIMUR.COM, PINRANG - Sebanyak 368 Calon Jemaah Haji (CJH) asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) diberangkatkan ke Kota Makassar, Kamis (1/5/2025).

Rasa haru dan bahagia terpancar dari CJH Pinrang, termasuk Sulaeman Rotte Bagulu. 

Sosok Sulaeman Rotte Bagulu merupakan CJH tertua Sulsel.

Usianya saat ini 1 abad lebih, tepatnya 102 tahun.

Sulaeman tak mampu menahan tangisnya saat berpisah dengan keluarga untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

"InsyaAllah, doakan ka semua," ucap Sulaeman kepada anak bungsunya bernama Ernawati.

Sulaeman lahir pada 31 Desember 1922.

Baca juga: Besok, 17 Kloter Jamaah Calon Haji Indonesia Tiba di Madinah

Umurnya bahkan lebih tua dari Bendungan Benteng Pinrang yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1936.

Rumah Sulaeman berada di Bacukiki, Kelurahan Kassa, Kecamatan Batulappa, Pinrang.

Meski sudah berumur lebih satu abad, fisik Sulaeman terlihat masih segar, penglihatan dan pendengarannya masih berfungsi dengan baik.

"Alhamdulillah, masih penglihatan bagus, pendengaran juga," katanya kepada Tribun-Timur.com.

Namun Sulaeman mengaku tidak bisa membaca dan menulis.

Pasalnya, dirinya memang sejak dulu tidak pernah bersekolah.

"Bagaimana bisa membaca menulis orang tidak pernah sekolah. Kalau mengaji surah yang dihafal saja," ungkapnya.

Dia mengutarakan, dirinya sangat bersyukur sebagai manusia masih diberi kesempatan untuk berhaji diumur 102 tahun.

Baginya, umur panjang yang diberikan hanyalah bonus dari Allah SWT untuk menuntaskan rukun Islam.

"Bersyukur masih diberi kesempatan, dikasi bonus umur selesaikan semua perintah Allah," ucapnya.

Biaya naik haji Sulaeman merupakan hasil dari kebunnya ditambah bantuan dari anak-anak.

Dia harus menunggu selama tujuh tahun untuk mencapai impiannya naik haji.

"Tujuh tahun. Cepat karena tua mo'. Biayanya dari hasil kebun itu dikumpul-kumpulkan, ada juga dibantu sama anak-anak," ujarnya.

Meski umurnya sudah renta, Sulaeman masih sering ke kebun.

Hanya saja tak sesering saat muda dulu.

Baginya, berdiam diri di rumah justru hanya membuat tubuhnya sakit.

Sehingga dirinya harus tetap melakukan aktivitas berkebun sesekali.

Dia bahkan mengaku tidak pernah masuk rumah sakit.

Penyakit yang dideritanya selama ini hanya tekanan darah.

"Justru sakit kalau cuma di rumah. Biasa satu dua kali ke kebun, massempro' (menyemprot)," ujarnya diselingi senyum.

"Tidak pernah masuk rumah sakit, tidak. Itu masuk rumah sakit mungkin kalau menjenguk saudara atau anak. Penyakit cuma tensi biasa naik (tekanan darah tinggi)," lanjutnya.

Sulaeman berharap, perjalanannya untuk menunaikan haji nanti dilancarkan hingga pulang ke Indonesia.

"Sehat-sehat sampai di sana, selesaikan semuanya (rukun). Pulang ke sini sampai selamat sehat-sehat," harapnya diamini keluarga yang menyaksikan.(*)

Laporan Jurnalis Tribun-Timur, Rachmat Ariadi

Berita Terkini