TRIBUN-TIMUR.COM - Posisi Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi terancam.
Pasca pemimpin redaksi mengkritik cara komunikasi setelah teror kepala babi ke kantor Redaksi Tempo, beberapa waktu lalu.
Mulanya, pemimpin redaksi Detik, Alvito Dinova membahas soal cara komunikasi yang cenderung ‘buruk’ dari pemerintah era Presiden Prabowo Subianto.
“Perubahan komunikasi seorang Prabowo sangat jelas, tim bapak tidak cakap melakukan kerja komunikasi, bapak tidak terlalu banyak menggunakan buzzer,” ujarnya.
Prabowo pun tertawa” buzzer itu apa,” ujarnya saat bertemu dengan enam Pemred di kediaman pribadinya, Hambalang, Jawa Barat, Minggu (6/4/2025)..
“Komunikasi itu buruk terutama akhir-akhir kemudian dijawab. Saya tidak yakin itu dari bapak kalau ada yah udah dimasak aja,” ujarnya.
Prabowo pun mengakui kinerja pemerintahan 150 hari.
“Saya yang salah. Saya yang bertanggung jawab. Fokus saya antusiasme saya bisa delivery. Fokus kita kerja. Etos kita ingin kerja dan buktikan,” ujarnya.
“Masalah salah ucap, kan tim saya orang baru. Jadi mungkin kurang waspada dan hati-hati dalam berucap,” ujarnya.
“Saya juga kaget masalah kepala babi. Taktik dan teknik itu saya kira ingin melakukan itu ingin adu domba. Benar itu ucapan teledor dan keliru, saya kira beliau (Hasan Nasbi) menyesal,” katanya.
Sehingga, isu reshuffle (perombakan) kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran kembali berhembus.
Selain kinerja, komunikasi buruk para menteri dan pembantu presiden Prabowo lainnya jadi sorotan.
Salah satu sosok itu adalah Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi.
Tanggapan Hasan Nasbi soal teror kepala babi ke kantor Redaksi Tempo, jadi penyebabnya.
Ditambah reaksi Presiden Prabowo Subianto atas komentar bawahannya, yang menurutnya sebagai respon teledor.