TRIBUN-TIMUR.COM, ENREKANG - Lonjakan harga bumbu dapur di Kabupaten Enrekang naik hingga puluhan ribu.
Akibatnya, Penjual lauk pauk Dasia (50) yang berjualan di sekitar Pasar Sudu, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang, Sulsel, terpaksa mengurangi porsi menu jualannya.
"Bumbu masakannya tidak dikurangi supaya rasanya tetap sama, tapi porsinya yang dikurangi," ucap Dasia saat ditemui Tribun-Timur.com Jumat (7/3/2025) sore.
Walau begitu, Dasia menyampaikan tidak bisa berbuat apa-apa melihat lonjakan harga bumbu dapur yang terus mengalami kenaikan harga.
"Kasihan kalau terlalu tinggi harganya (Bumbu dapur), tapi bagaimana yah," tutur bingung Dasia.
Ia pun berharap agar pemerintah dapat menstabilkan harga bahan pokok serta bumbu dapur di pasaran.
"Kalau petani mau kalau harganya tinggi, tapi kalau kami ini penjual maunya harganya ini bumbu tidak terlalu mahal," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Salah satu pedagang, Nining (35) menyebutkan jika harga bawang merah saat ini mengalami kenaikan harga menjadi Rp 30 Ribu/kilo, di Februari sebelumnya harganya Rp 25 Ribu/kilo.
Bawang putih juga mengalami kenaikan harga, kini menjadi Rp 45 Ribu/kilo, sebelumnya Rp 40 Ribu/kilo.
Kemudian untuk cabai kata Nining, kini harganya naik menjadi dua kali lipatnya, Nining menyebut harganya mencapai Rp 90/kilogram, sebelumnya harganya Rp 50 Ribu.
"Kalau cabai keriting harganya sekarang Rp 50 Ribu, sebelumnya itu harganya Rp 25 Ribu, kemudian untuk cabai teropong harganya sekarang Rp 40 Ribu, dulunya Rp 20 Ribu," tutur Nining saat ditemui di Tokonya.
Untuk bahan pokok, seperti minyak, telur dan terigu, Nining menyebut harganya tidak mengalami kenaikan yang terlalu signifikan dibanding, bumbu dapur.
"Semisal kalau terigu dia naiknya paling naiknya seribu, jadi memang yang mengalami lonjakan harga itu bumbu," tuturnya.
Bumbu dapur seperti cabai mengalami kenaikan, menurut Nining harganya naik dikarenakan kurangnya stok produksi dari petani.
"Faktor pengiriman (Distribusi), baru permintaan banyak, jadi stoknya kurang," tuturnya.