TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ramadan membawa dampak signifikan pada aktivitas sosial dan ekonomi.
Namun, di tengah kondisi ekonomi lesu, masyarakat dihadapkan pada tantangan baru.
Banyak yang berpikir dua kali sebelum berbelanja karena terbatasnya daya beli.
Dalam Podcast Ngobrol Virtual Tribun Timur, Jumat (7/3/2025), Wakil Dekan 3 FEB Unismuh Makassar/Pengamat Ekonomi Unismuh, Abdul Muttalib memaparkan seperti apa pengaruh efisiensi anggaran terhadap ekonomi masyarakat.
Dipandu Host Fiorena Jieretno, berikut petikan wawancaranya:
Ekonomi selama ramadan?
Kondisi ekonomi secara nasional dan global tidak begitu baik. Ekonomi sekarang banyak dipengaruhi persoalan politik di Timur Tengah, Eropa Timur. Tindakan-Tindakan yang dilakukan Presiden Amerika memberikan dampak cukup besar terhadap ekonomi dunia.
Ekonomi Indonesia bukan hanya persoalan itu. Sejak pemerintahan Jokowi dua-tiga tahun terakhir kondisi ekonomi tidak bagus. Penyebabnya, pertama, pembangunan ekonomi Indonesia dimulai dari investasi secara makro. Ini menyebabkan perputaran uang lambat sehingga perputaran ekonomi rendah. Pengaruhnya ke inflasi.
Berbeda jika pemerintah membangun UMKM, usaha-usaha yang tidak tergantung piutang negara, tidak tergantung sektor investasi makro. Perputaran uang akan cepat maka menggerakkan sektor lain.
Makanya Presiden Prabowo mencoba menggerakkan sektor UMKM. Ini yang membuat pemerintahan sekarang sulit karena persoalan pemerintahan lalu masih dirasakan sampai sekarang.
Apa indikasinya?
Salah satu indikasi Prabowo menggerakkan UMKM yakni dengan dikeluarkannya Inpres tentang efisiensi anggaran. Hanya saja model efisiensi yang diterapkan Prabowo terhadap anggaran kementerian berdampak pada perputaran ekonomi selanjutnya.
Artinya, uang pemerintah yang tadinya diharap lebih banyak untuk dibelanjakan ternyata terbatas. Akibatnya perputaran ekonomi masyarakat jadi lambat. Inilah yang kita rasakan sekarang.
Dampaknya ke masyarakat?
Masyarakat menengah ke bawah daya belinya makin menurun. Sumber pendapatan mereka terbatas, terjadi PHK, belum terbukanya banyak lapangan kerja. Akibatnya banyak pengangguran yang seharusnya memerlukan belanja, tapi itu tidak terjadi.
Daya beli masyarakat juga diikuti daya beli pemerintah tapi anggaran terbatas maka banyak proyek yang tidak bisa berjalan. Misalnya pemangkasan anggaran yang sifatnya seremonial. Kalau anggaran yang sifatnya fisik yang memberikan fasilitas umum yang dibatasi maka tidak terjadi belanja pemerintah sehingga tidak terjadi perputaran uang.
Kiat kelola keuangan dengan bijak?
Rencanakan keuangan rumah tangga. Kurangi belanja yang sifatnya foya-foya. Usahakan tetap menabung berapapun besarnya. Kurangi kunjungan, bukan berarti memutus silaturahmi. Lalu jangan sampai pengetatan keuangan mempersempit biaya pendidikan anak.
Pendidikan sangat penting sebagai investasi masa depan, termasuk pengembangan ekonomi baik mikro maupun makro. Cobalah membuka usaha kecil, home industry yang bisa menghasilkan uang. Ketika kita bisa melakukan efisiensi keuangan, sekaligus kita harus menciptakan peluang-peluang sumber pendapatan.
Sektor yang bisa memanfaatkan momen ramadan?
Kita belajar dari sesuatu yang terjadi di masyarakat. Misalnya penggunaan FB buat konten menarik. Itu bisa menciptakan uang dari sisi pengembangan ekonomi kreatif. Bisa juga membuka usaha laundry yang bisa dikerjakan anak muda. Apalagi momen ramadan ini, kuliner laris, maka ambil peluang itu.
Bagaimana dengan modal?
Peranan Dinas Koperasi atau kecamatan bisa membantu memberikan penyuluhan kepada calon pengusaha bagaimana memperoleh kredit bank.
Perubahan pola pikir masyarakat?
Asumsinya masyarakat pekerja banyak bergantung pada sektor pemerintahan. Inilah yang sedikit terpengaruh secara psikologis atas kebijakan itu yang berdampak pada penghasilan mereka. Terjadinya penurunan penghasilan berkontribusi terhadap menurunnya sumbangan masjid atau bakti sosial lainnya.
Masyarakat yang bekerja diluar sektor pemerintahan, misalnya pedagang, berdampak pada menurunnya omset. Kita lihat sekarang pusat perbelanjaan/mal sudah sepi tidak seperti tahun lalu. Kemampuan pendapatan menurun.
Tren penurunan berlanjut pasca ramadan?
Kita kembali alasan pemerintah lakukan efisiensi. Pertama memang anggaran idak mencukupi. Kedua, bisa jadi pemerintah daerah selama ini mengelola anggaran jor-joran. Paling tidak pemerintah jika memangkas anggaran kecil kemungkinan dilakukan perubahan anggaran.
Kalau terjadi wait and see dalam berbelanja (masyarakat), tentu ini menjadi tanda. Apakah masyarakat memang kekurangan atau mengikuti anjuran pemerintah. Kalau ikut anjuran tidak ada masalah.
Cuma kalau uang tidak dibelanjakan tentu yang akan rugi masyarakat. Tidak terjadi perputaran ekonomi dampaknya bisa ke industri/pengusaha. Pada akhirnya berpengaruh pada makro ekonomi yang menurun. Itu artinya indeks ekonomi akan makin menurun di mana orientasinya pada kemiskinan.
(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)