TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Dinamika politik di internal Partai Golkar Sulawesi Selatan menjelang Musyawarah Daerah (Musda) semakin menarik untuk diikuti.
Musda Golkar Sulsel direncanakan akan berlangsung usai Bulan Ramadan 2025.
Beberapa nama mulai muncul sebagai kandidat Ketua DPD I Golkar Sulsel, seperti Taufan Pawe, Munafri Arifuddin, Rahman Pina, Ilham Arief Sirajuddin, Syamsuddin A Hamid, hingga Kadir Halid.
Namun, di tengah dinamika tersebut, Ketua DPD II Golkar Bulukumba, Nirwan Arifuddin, menegaskan pihaknya masih bersikap netral dan belum menentukan dukungan kepada salah satu kandidat.
"Kami di Golkar Bulukumba masih wait and see. Sampai saat ini, kami masih menunggu arahan resmi dari DPP dan DPD I Golkar Sulsel sebelum menentukan sikap," ujar Nirwan kepada Tribun-Timur.com, Selasa (4/3/2025).
Nirwan mengakui, sejumlah figur kuat mulai menyatakan kesiapan untuk maju dalam kontestasi Musda Golkar Sulsel.
Namun, ia tidak menutup kemungkinan bahwa figur lain bisa saja muncul di menit-menit terakhir.
"Saat ini, memang nama-nama seperti Taufan Pawe, Munafri Arifuddin, dan Ilham Arief sudah mulai muncul. Tapi apakah nanti ada figur baru yang muncul? Kita lihat saja perkembangannya," jelasnya.
Ia menegaskan, Golkar Bulukumba tetap mengutamakan soliditas internal dan akan mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan.
"Kami tidak ingin gegabah. Yang pasti, keputusan yang kami ambil nanti akan berdasarkan kepentingan besar Golkar Sulsel ke depan," tambahnya.
Lebih lanjut, Nirwan menegaskan sebagai kader partai, ia dan jajarannya akan mengikuti arahan dari DPP Golkar dalam menentukan arah dukungan di Musda.
"Kami di Golkar Bulukumba sami'na wa atho'na. Apa pun petunjuk dan perintah dari DPP dan DPD I, itu yang akan kami jalankan," tegasnya.
Menurutnya, Golkar Bulukumba memilih untuk mengamati perkembangan politik sebelum menentukan sikap final.
"Yang jelas, dinamika masih terus berjalan. Kami akan melihat bagaimana perkembangan selanjutnya sebelum mengambil keputusan," tutup Nirwan.
Musda Golkar Sulsel 2025 diprediksi akan menjadi ajang pertarungan politik yang sengit.