Tantangan terbesar acara ini?
Roy: Waktu persiapan yang singkat. Keputusan untuk mengadakan acara ini baru diambil dalam beberapa bulan terakhir, padahal idealnya persiapan membutuhkan waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Tidak mudah mendapatkan izin dari semua Dewa untuk dikeluarkan dalam arak-arakan.
Lalu pendanaan. Setiap wihara menanggung biaya seragam, makanan, dan perlengkapan peserta, yang bisa mencapai miliaran rupiah secara keseluruhan.
Bagaimana dengan Anda?
Erdy: Menambahkan dari segi pengamanan. Diperkirakan ada 5.000 hingga 6.000 peserta dalam arak-arakan, sementara penonton bisa mencapai 50 ribu orang. Oleh karena itu, koordinasi dengan pihak kepolisian dan dinas perhubungan sangat diperlukan.
Pejabat yang siap hadir?
Henry: Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Kapolda Sulsel, Pangdam XIV/Hasanuddin, Danlantamal VI, Wali Kota Makassar, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel.
Dewa apa saja yang akan dikeluarkan?
Roy: Klenteng Kwan Kong, misalnya ada Dewa Kwan Kong, Dewi Kwan Im. Vihara Girinaga: Buddha Gautama (rupang tertua di wihara), Se Mien Fo/Brahma Empat Muka, Sien Tien San Thi, dan Pan Ko Thi Ong. Dari Kelenteng Tjo Soe Kong di Takalar ada Dewa Pang Ko Ong.
Harapan terbesar dari acara ini?
Roy: Budaya Tionghoa yang selama ini mungkin terlihat eksklusif bisa lebih terbuka dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Acara ini dapat mempererat kebersamaan antar golongan serta menunjukkan bahwa budaya Tionghoa dapat berpadu dengan budaya lokal.
Masyarakat dapat menikmati hiburan dan perayaan ini dengan penuh kebahagiaan serta mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih baik.
Hal-hal diperhatikan pengunjung?
Rpy: Pengunjung diharapkan menjaga barang bawaannya, seperti HP, tas, dan barang berharga lainnya. Pihak keamanan juga telah memberikan perhatian khusus terkait potensi tindak kejahatan di tengah keramaian. Sebaiknya datang lebih awal untuk mendapatkan posisi terbaik dan menghindari berdesak-desakan.(*)