TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Banjir yang melanda Kabupaten Maros tak hanya merendam rumah warga, tetapi juga merusak infrastruktur.
Kepala BPBD Maros, Towadeng, menjelaskan kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Cenrana dan Camba, masing-masing dengan lima jembatan yang putus.
Di Cenrana, jembatan yang putus berada di Dusun Samata, Dusun Jambua, Dusun Moncong Jai, Dusun Parrang, dan Dusun Lanniti.
Sedangkan di Kecamatan Camba, kerusakan terjadi di Dusun Callegoe, Dusun Benteng, Dusun Tana Tenggae, Desa Cenrana, dan Lingkungan Barugae di Kelurahan Mariopulana.
“Di Kecamatan Mallawa, tiga jembatan putus di Dusun Possoe, Dusun Tojeppu Desa Padaelo, dan Dusun Bulu-Bulu Desa Mattampa Pole. Sedangkan di Kecamatan Lau, kerusakan terjadi pada penguatan tebing sungai di Dusun Sampobia Mattirodeceng,” jelas Towadeng.
Ia mengatakan banjir kini merendam 12 dari 14 kecamatan di Maros.
Sebanyak 1.000 kepala keluarga (KK) terdampak langsung, dengan ratusan ribu rumah terendam air.
Meski demikian, sebagian besar warga tetap memilih bertahan di rumah.
"Kami imbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti arahan petugas di lapangan," katanya.
Sebelumnya, bencana Banjir semakin meluas di Kabupaten Maros.
Sebanyak 12 Kecamatan di Kabupaten Maros kini terendam banjir.
Kepala BPBD Maros, Towadeng mengatakan dari 14 kecamatan, tersisa dua kecamatan yang belum terendam, yakni Tantalili dan Bontoa.
Sementara yang paling parah justru berada di area pegunungan yakni Camba, Cenrana, dan Mallawa.
“Kemarin hanya delapan kecamatan namun karena hujan terus turun hingga saat ini jadi daerah yang terdampak semakin meluas dan sekarang total sudah 12 kecamatan yang terendam,” katanya di Maros, Minggu (22/12/2024).
Saat ini, pihaknya pun telah menetapkan status darurat bencana.
Towadeng mengatakan saat ini sudah ada sekitar 1.000 KK yang terdampak banjir dan ratusan ribu rumah.
Meski demikian, saat ini belum ada laporan masyarakat yang mengungsi di posko induk.
“Rata-rata masyarakat memilih tetap di rumah masing-masing atau rumah kerabat terdekat, karena di samping karakter rumah warga yang model rumah panggung juga warga enggan jauh meninggalkan rumahnya untuk alasan keamanan barang mereka,” bebernya.
Ia pun menuturkan saat ini pihaknya menerima permintaan evakuasi dari warga yang berada di daerah terpencil.
“Ada warga yang dievakuasi karena berada di dusun terpencil. Untuk evakuasi kami siapkan tiga perahu karet,” bebernya.
6 Kecamatan di Soppeng Banjir
Cuaca buruk melanda Sulsel pada Sabtu - Minggu (21-22/12/2024).
Akibatnya bencana hidrmeteorologi mengancam.
Banjir dan tanah longsor terjadi di sejumlah titik.
Diantaranya di Kabupaten Soppeng yang cukup parah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel mencatat ada setidaknya enam kecamatan di Soppeng terendam banjir.
Sementara satu kecamatan tanah longsor yakni Lalabata.
Banjir merendam di Kecamatan Donri-Donre. Khususnya di Kessing, Ompo, Lalabata Riaja.
Kecamatan Liliriaja juga terendam banjir, utamanya di Appanang.
Di Kecamatan Marioriawawa banjr merendam Watu dan Soga.
Untuk Kecamatan Ganra, banjir terjadi di Belo dan Ganra.
Di Kecamatan Lilirilau, banjir merendam Macanre.
Terakhir di kecamatan Marioriawa, giliran Bulue terendam banjir.
Untuk tanah longsor terjadi di Kecamatan Lalabata.
Khususnya di sekitar Salokaraja, Mattabulu, Umpengang.
Saat ini,Pihak BPBD Sulsel dan BPBD Daerah sudah mengerahkan personil untuk turun memantau lokasi banjir.
Sekaligus mengevakuasi warga terdampak ke tempat aman.
"Semua BPBD dan rescue kebencanaan sudah dilapangan sejak pagi," kata Amson Padolo.
Sementara itu hujan juga masih melanda sejumlah daerah hingga Minggu (22/12/2024) siang.(*)