Opini

Transformasi Perguruan Tinggi 

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdullah Sanusi, Dosen FEB Universitas Hasanuddin

Oleh: Abdullah Sanusi

Dosen FEB Universitas Hasanuddin

Pekan lalu, Bappenas bersama Tanoto Foundation meluncurkan buku putih berjudul “Peta Kebutuhan SDM dan Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045”. 

Buku ini menjadi panduan strategis untuk memperkuat pendidikan tinggi dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul yang relevan dengan kebutuhan industri. 

Peluncuran ini menyoroti pentingnya perguruan tinggi sebagai penggerak utama inovasi dan pembangunan ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.

Indonesia tengah bergerak menuju visi besar Indonesia Emas 2045. Salah satu pilar utamanya adalah penguatan SDM melalui transformasi pendidikan tinggi. 

Perguruan tinggi tidak lagi hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga sebagai penggerak inovasi dan pembangunan ekonomi.

Namun, pertanyaannya, sejauh mana strategi yang dirancang mampu menjawab tantangan globalisasi, digitalisasi, dan kebutuhan industri?

Tantangan Perguruan Tinggi di Era Baru

Dalam beberapa tahun terakhir, pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Mismatch kompetensi menjadi isu utama. 

Banyak lulusan pendidikan tinggi, terutama dari bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri prioritas. 

Data dari buku putih menunjukkan bahwa proporsi lulusan STEM yang bekerja di industri prioritas masih di bawah 40 persen hingga 2022.

Fenomena ini menunjukkan perlunya reformasi kurikulum yang lebih relevan.

Selain itu, akses dan kualitas pendidikan tinggi yang belum merata memperparah ketimpangan. 

Perguruan tinggi di luar Pulau Jawa, misalnya, sering kali kekurangan infrastruktur dan sumber daya untuk bersaing di tingkat nasional maupun global. 

Masalah ini berdampak pada daya saing SDM Indonesia yang masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. 

Kondisi ini menjadi hambatan besar dalam upaya menciptakan SDM yang kompeten dan adaptif terhadap kebutuhan zaman.

Kemajuan teknologi juga memunculkan kebutuhan akan keterampilan baru. Soft skills seperti komunikasi, kerja sama tim, dan manajemen waktu, kini menjadi elemen penting yang sangat dibutuhkan oleh industri. 

Namun, lulusan pendidikan tinggi sering kali belum cukup terampil dalam aspek ini. Buku putih juga menekankan pentingnya pengembangan soft skills sebagai salah satu prioritas utama.

Tanpa penguasaan keterampilan ini, lulusan sulit bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif.

Strategi Menuju Perguruan Tinggi Unggul

Untuk menjawab tantangan tersebut, ada beberapa strategi kunci yang dapat diterapkan perguruan tinggi.

Pertama, kurikulum harus dirancang agar lebih adaptif terhadap kebutuhan industri. 

Misalnya, program magang wajib dan pelatihan bersertifikat dapat menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.

Buku putih menyarankan model closed-loop partnership dengan industri, di mana perusahaan turut memberikan masukan dalam pengembangan kurikulum.

Strategi ini memastikan lulusan memiliki keterampilan yang relevan dengan permintaan pasar tenaga kerja.

Meski sudah dijalankan saat ini, masih perlu Upaya serius dan lebih intens antar berbagai pihak agar hasilnya lebih optimal dan relevan.

Kedua, kerja sama antara perguruan tinggi dan industri harus ditingkatkan. Perguruan tinggi dapat menjadi pusat unggulan riset (PUI) yang mendukung inovasi di sektor-sektor prioritas, seperti teknologi digital, energi terbarukan, dan kesehatan.

Untuk itu, pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri yang bersedia berinvestasi dalam riset akademik. 

Kolaborasi ini juga dapat mempercepat hilirisasi hasil riset ke produk yang dapat diimplementasikan langsung di masyarakat.

Selanjutnya, infrastruktur fisik dan digital menjadi fondasi penting. Perguruan tinggi di daerah perlu mendapatkan dukungan untuk membangun laboratorium, pusat riset, dan fasilitas pembelajaran jarak jauh.

Selain itu, pemanfaatan teknologi seperti AI dan big data dapat membantu menciptakan model pembelajaran yang lebih personal dan efisien.

Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memperluas akses ke pendidikan tinggi berkualitas bagi daerah terpencil.

Kampus-kampus tak perlu dibebani dengan beragam indikator pencapaian yang sifatnya administratif belaka. 

Dana abadi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa STEM melalui beasiswa dan mendukung proyek riset yang relevan dengan kebutuhan industri.

Dalam jangka panjang, dana ini dapat membantu perguruan tinggi mencapai status kelas dunia. Dengan manajemen dana yang tepat, program ini dapat menjadi katalisator transformasi pendidikan tinggi di Indonesia.

Mobilitas mahasiswa dan dosen antarnegara perlu ditingkatkan untuk memperluas jejaring global. 

Selain itu, kolaborasi dengan universitas terkemuka dunia dapat membantu perguruan tinggi Indonesia meningkatkan kualitas akademik dan visibilitas internasional. 

Dengan terlibat dalam jejaring global, perguruan tinggi dapat mempercepat adopsi inovasi dan praktik terbaik dari institusi lain.

Peran Pemerintah dan Industri

Pemerintah memegang peran kunci dalam mendorong transformasi ini. Kebijakan seperti penyesuaian kurikulum, pembentukan pusat keunggulan, dan insentif untuk kolaborasi riset harus diimplementasikan secara konsisten.

Kebijakan ini perlu disertai dengan pengawasan yang ketat agar implementasinya sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

Di sisi lain, industri juga harus berperan aktif dengan menyediakan beasiswa, magang, dan pelatihan untuk mahasiswa serta dosen.

Buku putih juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan transformasi ini berjalan efektif. 

Dengan mendukung pengembangan SDM, industri tidak hanya memenuhi kebutuhan tenaga kerja, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan nasional.

Transformasi perguruan tinggi bukan hanya soal meningkatkan peringkat akademik, tetapi juga soal menciptakan SDM yang mampu bersaing di pasar global. Dengan populasi usia produktif yang besar, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global. 

Namun, tanpa pendidikan tinggi yang relevan dan berkualitas, bonus demografi ini bisa menjadi bumerang. Kegagalan memanfaatkan peluang ini dapat berdampak pada peningkatan pengangguran dan stagnasi ekonomi.

Perguruan tinggi di Indonesia harus bertransformasi menjadi pusat inovasi yang mampu menjawab kebutuhan zaman. 

Melalui kolaborasi yang erat antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri, serta implementasi strategi yang terarah, visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. 

Peluncuran buku putih pekan lalu adalah langkah awal yang strategis untuk memandu transformasi ini.

Perguruan tinggi unggul adalah kunci untuk membangun bangsa yang berdaya saing, berkelanjutan, dan bermartabat di panggung global. 

Dengan langkah konkret dan komitmen bersama, Indonesia dapat mencapai potensi terbaiknya di masa depan.(*)

Berita Terkini