Tribun Sinjai

Harga Cabai Anjlok, Sisa Rp15 Ribu Perkilogram dari Rp40 Ribu

Penulis: Muh Ainun Taqwa
Editor: Muh Hasim Arfah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tanaman cabai milik Ali Akbar di Desa Patalassang, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Senin (18/11/2024). Petani resah karena harga cabai anjlok.

TRIBUNSINJAI.COM, SINJAI TIMUR— Petani cabai di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, resah.

Pasalnya harga cabai rawit semakin anjlok.

Cabai rawit (Capsicum frutescens) adalah tumbuhan anggota genus Capsicum yang buahnya tumbuh menjulang menghadap ke atas.

Warna buahnya hijau atau jenis lain bewarna putih sewaktu muda dan jika telah masak berwarna merah tua. 

Bila ditekan buahnya terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. 

Cabai rawit sudah menjadi komoditas paling penting terutama dalam masakan kuliner Indonesia dan sering menjadi pelengkap kudapan jalanan, yaitu gorengan yang biasa dimakan bersama cabai rawit muda mentah.

Cabai rawit mempunyai dua varietas besar, yaitu rawit hijau dan rawit putih atau merah. Yang sering dipakai untuk kudapan gorengan ialah varietas rawit hijau, sedangkan rawit putih biasanya dipakai sebagai bumbu masakan atau disambal. 

Petani membersihkan lahan cabai di Kelurahan Borong, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (TRIBUN-TIMUR.COM/NURUL HIDAYAH)

Ada kemungkinan varietas rawit putih adalah hasil persilangan

Hal tersebut dialami oleh petani cabai di Desa Patalassang, Kecamatan Sinjai Timur, Ali Akbar.

Ali Akbar mengatakan harga cabai rawit saat ini mengalami penurunan yang signifikan.

“Sekarang harganya hanya Rp15 per kilogram pengepul yang ambil, kalau saya jual di Warung-warung Rp20 ribu,” katanya, Senin (18/11/2024).

Kondisi ini, kata Ali Akbar, sejak September 2024.

Sebelumnya harga cabai rawit mencapai Rp40 ribu per kilogram.

“Dulu bagus karena mahal, harganya itu Rp40 ribu, kalau tidak salah itu di bulan-bulan Agustus,” ujarnya.

Kondisi tersebut membuat Ali Akbar mengeluh.

Hal itu karena modal yang dikeluarkan Ali Akbar tidak sesuai dengan hasil atau penjualan panen.

“Intinya saya sebagai petani mengeluhkan harga cabai anjlok, karena modal yang dikeluarkan tidak sesuai dengan harga cabe biaya produksi serba mahal,” katanya.

Bahkan Ali Akbar merasa heran karena biaya produksi terutama pupuk meningkat.

“Anehnya harga semua pupuk sekarang malah naik membuat petani kesusahan buat beli pupuk karena harga cabai turun harga," ujarnya.

Direktorat Stabilisasi Pasokan Dan Harga Pangan Kedeputian Bidang Ketersediaan Dan Stabilisasi Pangan merilis data untuk harga cabai di Sulsel. 


Beda Data Badan Pangan 

Direktorat Stabilisasi Pasokan Dan Harga Pangan Kedeputian Bidang Ketersediaan Dan Stabilisasi Pangan merilis data untuk harga cabai di Sulsel. 

Dalam data ini, harga cabai merah masih berada pada angka Rp30 ribu. 

Artinya, harganya tak sesuai dengan eceran lapangan. 

Sementara itu, harga cabai paling tinggi berada di Toraja Utara. 

Besaran harganya mencapai Rp40 ribu. 

(tribun-timur.com/ainun taqwa)

 

 

 

Berita Terkini