TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Berangkat dari hobi membuat kue, kini sukses membangun usaha di Kota Makassar.
Begitu yang dirasakan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bundaku’e di Kota Makassar.
UMKM Bundaku’e didirikan Hj Sumiaty sejak 2010 silam, berangkat dari kegemaran membuat kue bolu untuk dikonsumsi keluarga.
Awalnya coba-coba, namun kini Bundaku’e memiliki empat cabang dan dua reseller di Makassar.
Cabang Bundaku’e berada di Jl Tinumbu, Jl Bandang, Jl Urip Sumoharjo, dan Jl Perintis Kemerdekaan (Batas Kota Maros).
Sementara reseller Bundaku’e berada di Jl Pajjaiang, dan terbaru di Jl Paccerakkang Kota Makassar.
Baca juga: Hadirkan Aneka Fashion dan Aksesoris Etnik, UMKM Maskerede Hadir di Mall Nipah
Usaha Bundaku’e kini memasuki generasi kedua, dan dikelola langsung oleh kelima anak Sumiaty.
General Manager Bundaku’e, Suryadi yang juga putra dari Sumiaty, menceritakan bahwa setiap momentum lebaran, sang ibu memproduksi kue dengan jumlah banyak.
Kegemaran sang ibu membuat kue pun dinilainya sudah menjadi tradisi di momentum hari-hari besar.
Menariknya, bukan dari kalangan keluarga kecil yang menyukai kue buatan Sumiaty, namun juga para tetangga dan kerabat.
Alhasil, Sumiaty memutuskan untuk membuat sebuah usaha kue yang hanya dicicipi saat hari besar, tetapi juga di hari-hari biasa lainnya.
“Kalau lebaran itu keluarga dan tetangga cari Kue Bunda, muncullah di situ namanya Bundaku’e,” cerita Adi, sapaan akrab Suryadi, saat pembukaan outlet reseller Bundaku’e di Jalan Paccerakkang, Makassar, Sabtu (16/11/2024).
Awalnya, Sumiaty hanya menawarkan kue bolu varian bluder dan mabel.
Perlahan, berbagai varian dihadirkan, seperti bolu rampah, bolu pandan, bolu pisang, bolu gulung, fudgy brownis, dan sebagainya.
“Awalnya hanta bluder dan mabel, sekarang sudah banyak varian, tapi memang dua varian ini tidak pernah tergeser, dan masih menjadi favorit,” kata Adi.
Adi mengungkapkan, Bundaku’e didirikan hampir tidak mempunyai modal awal karena tidak ada niat membuat usaha.
Semua, kata Adi, mengalir berawal dari hobi, kemudian dipasarkan hingga laris manis di pasaran.
Ketika mendapatkan hasil penjualan, dananya pun digunakan untuk membeli peralatan demi peralatan yang dibutuhkan.
Hingga akhirnya, selama 14 tahun berdiri, Bundaku’e kini sudah mencatat omset hingga ratusan juta per bulan.
“Jadi memang kalau bicara modal awal itu hampir tidak ada, memang natural berjalan begitu saja,” ungkap Adi.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa salah satu kesuksesan Bundaku’e bisa bertahan dari segi harga.
Produk Bundaku’e dipasarkannya dengan harga terjangkau, yakni mulai Rp30 ribu untuk varian kecil.
“Paling tertinggi itu Rp68 ribu, tapi itu untuk produk spesial, bluder spesial namanya,” sebut Adi.
Selain itu, Bundaku’e juga selalu menghadirkan penawaran spesial, seperti promo pembukaan reseller.
Pada pembukaan reseller di Jalan Paccerakkang, Bundaku’e memberikan promo diskon 20 persen pada 13-15 November, dan diskon 40 persen khusus 16 November 2024.(*)