TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Inflasi tetap menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel diakhir tahun 2024.
Saat ini, angka inflasi Sulsel begitu terjaga di kisaran 1,53 persen secara Year-on-Year (y-o-y).
Namun Pj Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh masih menyiapkan strategi untuk menekan angka inflasi.
Targetnya berada di kisaran 1,3 hingga 1,4 persen pada akhir tahun 2024.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) Sulsel, Muh Arsjad menyiapkan dua skema untuk membawa angka inflasi sesuai target.
"Pertama adalah subsidi harga, jadi kita melakukan intervensi langsung pada komoditi pangan pokok strategis yang mengalami lonjakan harga diatas Harga Eceran Tertinggi (HET)," jelas Muh Arsjad di Kantor Gubernur Sulsel, Selasa (12/11/2024).
"Kedua adalah fasilitasi distribusi. Kita subsidi ongkos transportasinya, ini (distribusi) bisa menjadi salah satu pemicu naiknya biaya," lanjutnya.
Baca juga: Pemkab Sinjai Ikuti Rakor Pengendalian Inflasi Bersama Kemendagri
Untuk skema pertama, Arsjad memetakan komoditas di lima daerah Indeks Harga Konsumen (IHK) Sulsel.
Kelimanya yakni Bulukumba, Bone, Makassar, Parepare, dan Palopo.
Arsjad membagi tiga kondisi komoditas.
Mulai dari aman, waspada dan tidak aman.
"Sudah kita buatkan metodenya, intervensi kita besarannya disesuaikan status. Misalkan komoditi statusnya waspada, tentu besaran subsidinya tidak sama. Begitupun kalau tidak aman, kapan dia kondisi tidak aman," jelasnya.
Sebagai contoh, komoditas beras selalu jadi patokan utama dalam menilai tingkat inflasi.
Ketika harga beras dipasaran sudah 5 persen diatas HET, maka masuk status tidak aman.
Di posisi tersebut, intervensi subsidi berjalan untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Misal di atas 5 persen dari HET, itu kondisi tidak aman. Berarti harus melakukan langkah subsidi. Yang tentu nilainya agak besar dibanding komoditi lain," kata Muh Arsjad.
Cara ini dinilai efektif dalam menekan angka inflasi Sulsel tetap terjaga.
Bahkan bisa turun ke angka 1,3 hingga 1,4 persen diakhir tahun 2024.
Inflasi y-on-y Sulsel di Oktober 2024 berada kisaran 1,53 persen.
Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran.
Mulai dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,85 persen.
Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,08 persen.
Lalu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,7 persen.
Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,8 persen.
Selanjutnya, kelompok kesehatan sebesar 1,95 persen.
Kelompok transportasi sebesar 0,43 persen.
Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,36 persen.
Kelompok pendidikan sebesar 1 persen.
Selanjutnya kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,03 persen.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,93 persen.
Adapun kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,10 persen.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz