Oleh: Abdul Rauf Tera
Penggiat Ketenagakeraan
TRIBUN-TIMUR.COM - Lonjakan tunawisma menjadi tantangan besar agenda 100 hari pertama pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka atau Prabowo-Gibran.
Indonesia menghadapi tantangan besar terkait masalah ketenagakerjaan dan risiko melonjaknya jumlah tunawisma.
Pemerintah memiliki tugas berat untuk menahan laju " tsunami pengangguran " dan mencegah Indonesia memasuki kancah " darurat homeless ".
Jika kebijakan tidak tepat sasaran, risiko meningkatnya pengangguran dan tunawisma akan menjadi ancaman nyata yang berdampak luas, mulai dari stabilitas ekonomi hingga keamanan sosial.
Di tengah situasi ekonomi global yang tak menentu dan disrupsi digital yang terus berlanjut, pemerintah harus memiliki strategi kebijakan yang komprehensif untuk menghadapi ancaman ini.
Pasar tenaga kerja Indonesia saat ini menghadapi tekanan luar biasa dari beberapa faktor, termasuk perubahan struktural dalam sektor ekonomi, pengurangan lapangan pekerjaan tradisional, dan semakin ketatnya persaingan di sektor teknologi.
Kebijakan yang terfokus dan implementasi yang konsisten dapat menjadi kunci untuk mencegah krisis sosial ini.
Mengapa Indonesia Rentan Terhadap Tsunami Pengangguran?
Indonesia menghadapi tantangan ketenagakerjaan yang besar akibat perubahan global dan domestik.
Berikut beberapa faktor utama yang menjadikan Indonesia rentan terhadap lonjakan pengangguran:
1. Transformasi ekonomi melaju cepat
Ekonomi global mengalami pergeseran signifikan ke arah otomatisasi dan digitalisasi.
Sektor manufaktur tradisional, yang selama ini menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia, mengalami tekanan karena peralihan ke sistem otomatis yang lebih efisien.
Akibatnya, pekerja yang dahulu dapat diandalkan kini mengalami pengurangan, menciptakan ketidakpastian bagi pekerja yang memiliki keterampilan terbatas.
2. Pertumbuhan ekonomi kian melambat
Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat.
Hal ini diperburuk oleh dampak pandemi COVID-19, yang menyebabkan banyak sektor ekonomi terpukul dan belum sepenuhnya pulih.