TRIBUN-TIMUR.COM- Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Pol Krishna Murti ikut menyorot pertandingan kontroversial cabang olahraga sepakbola PON Aceh Sumut 2024.
Bahkan, jenderal bintang dua ini pun mengunggah rekaman kontroversial pertandingan sepakbola ini.
Irjen Krishna Murti pun pernah terlibat dalam Satgas Anti Mafia Bola Kasus Pengaturan Skor Ketua Umum PSSI Joko Driyono tahaun 2019 lalu.
“Keputusan wasit yang sangat kontroversi. Saat PON Aceh versus Sulteng, wasitnya parah,” tulisnya di sela-sela video pertandingan Aceh versus Sulteng, Sabtu (14/9/2024).
Ia pun menuliskan sebuah komentar:
Masih untung yg emosional hanya 1 pemain.
Kesian sepak bola Indonesia dihancurkan oleh ulah2 wasit spt itu. Pemain jadi korban, TIM Sulteng jadi korban, Tim Aceh juga menangnya gak elegan.
Tapi saya yg nonton juga emosional.
Sudah saya tahan2 gak ngupload bola. Kok ya gak tega lihat pemain2 bola dikerjain wasit spt itu. Kalau skorsing ke wasit gak mempan, pemidanaan mungkin cara efektif. Bila ternyata ada unsur keterlibatan tim dalam match fixing, maka kemenangan harus dibatalkan.
Eaaa gw block diri gw sendiri lah.
Krishna Murti pernah mengusut pengaturan skor yang didalangi oleh pelaksana tugas (plt) Ketua Umum PSSI, Joko Driyono.
Jokdri ditetapkan sebagai tersangka kasus perusakan barang bukti pengaturan skor oleh Satgas Antimafia Bola dari kepolisian pada 14 Februari 2019.
Penetapan status tersangka kepada dirinya tersebut menyusul penggeledahan yang dilakukan tim gabungan Satgas Antimafia Bola di apartemen milik Jokdri di Apartemen Taman Rasuna, Setiabudi, Jakarta dan juga gelar perkara yang dilakukan pada 14 Februari malam.
Sebelumnya, noda hitam mewarnai penyelenggaraan PON XXI yang tengah berlangsung di Aceh-Sumut khususnya dari cabor sepak bola putra.
Tepatnya dalam laga perempat final sepak bola PON XXI antara Aceh vs Sulteng, Sabtu (14/9/2024) tadi malam.
Sorotan tajam tertuju pada profesionalitas dan kualitas kepemimpinan wasit dalam perebutan tiket semifinal tersebut.
Diketahui, wasit yang memimpin laga kedua tim bernama Eko Agus Sugiharto yang berasal dari Oku Timur, Sumatera Selatan.
Selama pertandingan, kepemimpinan wasit Eko Agus dianggap berat sebelah, di mana banyak keputusannya menguntungkan Aceh selaku tuan rumah PON XXI, sekaligus merugikan Sulteng.
Drama utama terjadi pada 15 menit terakhir laga, di mana sang wasit memberikan dua kartu merah untuk pemain Sulteng pada menit 75 dan 84.
Puncak ketegangan terjadi saat seorang pemain Aceh terjatuh di kotak penalti, dan wasit langsung menunjuk titik putih.
Jika melihat tayangan ulang, pemain Aceh sebenarnya jatuh di kotak penalti bukan karena pelanggaran bek lawan, melainkan seperti diving.
Hanya saja hal itu tampaknya tidak terlalu dihiraukan oleh sang wasit yang solid memutuskan memberi penalti ke Aceh.
Keputusan kontroversial wasit itu memang terasa krusial khususnya bagi Sulteng mengingat waktu menunjukkan menit 90+6 alias penghujung laga.
Di kala kondisi sudah unggul 0-1 namun bermain dengan sembilan pemain, Sulteng tentu hanya butuh beberapa menit untuk menyegel kemenangan.
Hanya saja pada akhirnya, kemenangan Sulteng yang sudah di depan mata terancam buyar gegara keputusan wasit tersebut.
Insiden tak terduga terjadi saat pemain Sulteng yang kesal dengan keputusan wasit mencoba memberikan pukulan bogem ke wajah sang pengadil lapangan saat menunjuk titik penalti hingga terjatuh.
Bahkan sang wasit yang mendapat pukulan bogem itu tidak bisa melanjutkan pertandingan dan harus diganti wasit cadangan.
Sementara, pemain yang melakukan bogem mentah ke wasit juga harus keluar karena diganjar kartu merah, Sulteng bermain 8 orang saja.
Hadiah penalti pun juga tetap diberikan kepada Aceh, namun ternyata pemain tuan rumah gagal mengeksekusinya.
Puncak dari drama ini terjadi saat wasit pengganti yang memimpin laga memberi hadiah penalti ke Aceh pada detik-detik akhir laga.
Penalti diberikan oleh wasit setelah seorang pemain belakang Sulteng melakukan handsball.
Kesempatan penalti kedua pada menit krusial pun akhirnya tak disia-siakan Aceh untuk menyamakan skor menjadi 1-1.
Skor imbang 1-1 pun memaksa laga perempat final antara Aceh vs Sulteng dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu.
Hanya saja, tim Sulteng menolak melanjutkan laga karena merasa dizolimi oleh kepemimpinan wasit dalam laga ini.
Keputusan Sulteng tidak melanjutkan laga membuat Aceh dinyatakan sebagai pemenang karena lawannya Walkout (WO).
Kini, hasil laga Aceh vs Sulteng pun tengah berada dalam sorotan tajam dari berbagai pihak terutama yang berkepentingan.
Respons Erick Thohir, Bakal Jatuhkan Vonis Berat
Setelah mengetahui drama menegangkan yang mewarnai laga sepak bola PON XXI, Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI langsung bereaksi.
Erick Thohir menganggap tindakan yang terjadi di laga Aceh vs Sulteng dalam ajang PON sangatlah memalukan.
"Memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan akan menjatuhkan sanksi terberat. Tidak ada toleransi!" tegas Erick dikutip akun @pengamatsepakbola.
Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu juga akan melakukan tindakan investigasi mendalam mengusut dugaan kecurangan dalam laga tersebut.
Mulai dari kepemimpinan wasit sebagai pengadil lapangan hingga aksi bogem yang dilakukan pemain Sulteng.
Sanksi berat pun sudah menanti pihak-pihak yang dianggap menodai marwah sepak bola Indonesia di PON XXI tersebut.
(Tribunnews.com/Dwi Setiawan/hasim arfah)