TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - “Apa kaitan memakai jas dengan kelangkaan listrik?”
Pertanyaan ini memulai pemaparan mantan Menkumham Prof Hamid Awaluddin dalam Seminar Internasional '4 Ethos, 4 Jusuf' di Kampus Unhas, Tamalanrea, Makassar, Sulsel pada Senin (2/9/2024).
Hamid Awaluddin dalam kesempatan itu banyak bercerita tentang sosok Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla.
Salah satunya tentang cara Jusuf Kalla atau JK, sapaan akabnya dalam mengatasi kelangkaan listrik.
Hamid bercerita, saat menjabat sebagai Wakil Presiden, JK gelisah dengan kondisi kelangkaan listrik di berbagai tempat.
Kala itu, JK memanggil adiknya, Achmad Kalla mempertanyakan sisi yang terbanyak memakan listrik.
“Achmad, segi mana yang paling banyak memakan listrik?,” kata Hamid, menirukan pertanyan JK ke adiknya.
“Pemakaian AC,” sambung Hamid, yang juga menirukan jawaban Achmad.
Mendengar jawaban itu, JK dengan cepat membuat aturan.
Aturannya, seluruh AC di ruangan kantor pemerintahan dinaikkan (suhu) 18 ke 24.
Lantas, beberapa pihak mempertanyakan kembali aturan tersebut.
Sebab, banyak pejabat yang mengenakan jas dan akan merasa kepanasan.
Menanggapi hal itu, JK menilai bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara tropis yang pejabatnya senang memakai jas.
Sejak saat itulah, keluar aturan pejabat dilarang memakai jas di kantor.
Pejabat kemudian diimbau menggunakan batik atau baju lengan panjang.
“Maknanya adalah, JK dengan simpel menemukan solusi agar kita tidak langkah dengan listrik. Cukup dengan mengubah gaya hidup dan menjadi contoh ke tempat lain atau ke orang lain,” kata Hamid.
“Itulah sejarahnya mengapa suhu udara di kantor pemerintah dinaikkan dari 18 menjadi 24, dan itu pula orang tidak memakai jas,” sambung Hamid.
Menurut Hamid, kebijakan JK ini memberikan dampak yang positif.
Karena akan mengurangi pemakaian listrik dan mengubah gaya hidup.(*)