TRIBUN-TIMUR.COM -- Bendera merah putih dikibarkan di Halaman Balla Lompoa Bajeng, Rabu (14/8/2024).
Pengibaran bendera merah putih itu digelar tiga hari lebih cepat dibandingkan peringkatan Hari ulang tahun ke-79 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Di Balla Lompoa Bajeng, Bendara Merah Putih dikibarkan bersama bendara Jole-jolea.
Bagi masyarakat adat Kerajaan Bajeng, bendera Jole-jole menyimbolkan perlawanan kepada peperangan.
Tanggal 14 Agustus memang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Gaukang Tu Bajeng.
Usianya menginjak ke-79 tahun pada tahun 2024 ini.
Lantas bagaimana sejarah Pengibaran Bendera Merah putih di Bajeng ini?
Berikut sejarahnya dikutip Tribun Timur dari tulisan Ir. H Muhammad Rusli Sumara M.I.Kom Daeng Ngirate Pembina/Penasehat Yayasan Ballalompoa Bajeng Ri Limbung.
Tulisan Muhammad Rusli Sumara tersebut dibacakan di Halaman Balla Lompoa Bajeng, Rabu (14/8/2024).
Pada hari Jum’at tanggal 10 Agustus 1945 seorang Perwira Jepang bernama FUKUSIMA datang di Ballalompoa Limbung Bajeng dimana sekumpulan benda-benda bersejarah peninggalan nenek moyang Kerajaan Bajeng disimpan dan dipelihara baik oleh Keluarga Besar Raja Bajeng.
Kedatangan FUKUSIMA, pada hari itu adalah untuk melihat benda-benda bersejarah tersebut, namun oleh Batang Banoa Limbung sebagai Penanggungjawab dikatakan bahwa, benda-benda bersejarah tersebut bisa dibuka apabila dihadiri dan disaksikan oleh BATANG BANOA APPAKA beserta Pemuka Kerajaan Bajeng.
Pada hari Sabtu 11 Agustus 1945 telah hadir di Ballalompoa Limbung – Bajeng, 4 (empat) Batang Banoa, yaiyu :
1. Batang Banoa Limbung, yaitu MATTULOLO DAENG RURUNG
2. Batang Banoa Mataallo, yaitu NUHUNG DAENG BANI
3. Batang Banoa Ballo, yaitu NEKO DAENG NGAGO, dan