TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 sebesar 5,05 persen year on year (yoy).
Pengumuman resmi itu disampaikan Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud di Kantor Pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (5/8/2024).
Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 melambat bila dibandingkan kuartal I yang mencapai 5,11 persen yoy.
Menurut Edy Mahmud, perekonomian Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2024 atas harga berlaku sebesar Rp 5.536 triliun.
Pertumbuhan berdasarkan PDB atas dasar harga konstan mencapai Rp 3.231 triliun.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 ditopang aktivitas ekonomi domestik yang tetap kuat, dan ekonomi Indonesia tumbuh stabil sebesar 5,08 persen pada semester I 2024 bila dibandingkan periode sama tahun lalu (c-to-c)," kata Edy Mahmud.
Pertumbuhan di semester I-2024 terjadi pada semua lapangan usaha.
Adapun Llpangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,25 persen.
Kemudian, diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya sebesar 10,03 persen, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 9,79 persen.
Sementara itu, Industri Pengolahan yang memiliki peran dominan terhadap perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 4,04 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan fundamental ekonomi Indonesia di kuartal II 2024 masih tetap kuat di tengah ketidakpastian global.
Airlangga menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen ini lebih baik dibandingkan dengan negara lain, seperti China hingga Korea Selatan (Korsel).
“Kalau dibandingkan dengan China kita masih lebih tinggi, China 4,7 persen, sedangkan Singapura sendiri 2,9 persen, Korea Selatan 2,3 persen, dan juga dengan Meksiko kira-kira 2,24 persen,” ujar Airlangga.
Pertumbuhan ekonomi didukung dengan inflasi yang tetap terkendali sebesar 2,13 persen pada Juli 2024.
Dilihat berdasarkan komponen seluruhnya masih tumbuh positif baik, di antaranya konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 54,53 persen.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 4,43 persen didorong peningkatan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) serta peningkatan belanja modal pemerintah.
“Pengeluaran daripada Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) lalu juga konsumsi pemerintah positif, PMTB ekspor barang dan jasa dan impor barang dan jasa,” jelasnya.
Di sisi lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kontraksi sangat dalam 3,40 persen ke level 7.059 pada perdagangan hari ini.
Menko Airlangga Airlangga mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan terhadap kondisi pelemahan IHSG.
Dia bilang pergerakan bursa selalu fluktuatif dari hari ke hari.
"IHSG nanti kita lihat saja sebab itu dailynya fluktuasi, kita tidak perlu khawatir," kata Airlangga.
Ketua Umum Golkar itu mengatakan pemerintah masih dalam sikap mencermati kondisi sekaligus berharap tingkat suku bunga acuan akan bisa turun pada Kuartal IV-2024.
"Kita terus monitor terkait US tentu kita berharap tingkat suku bunga US di kuartal IV bisa turun walau belum ada yang bisa jamin," paparnya.
Pemerintah juga mewaspadai akan terjadi ancaman resesi yang akan terjadi di AS sehingga berdampak serius kepada bursa.
Namun boleh jadi membuat nilai tukar rupiah cenderung akan menguat karena The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga acuan.
Kekhawatiran Pasar
Direkturi Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan serangkaian pembacaan ekonomi AS direspons penuh kekecewaan oleh pasar.
Terutama pada aktivitas manufaktur dan pasar tenaga kerja yang mendorong kekhawatiran bahwa ekonomi terbesar di dunia itu melambat lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Prospek ekonomi yang lebih lemah juga membuat para pedagang memperkirakan potensi pemotongan suku bunga yang lebih dalam oleh Federal Reserve,” ucap Ibrahim.
Baru-baru ini juga ada isyarat bahwa pemotongan suku bunga pada bulan September mungkin terjadi.
Bank sentral diperkirakan berpotensi memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September 2024 dan dapat mengakhiri tahun dengan suku bunga turun sebesar 100 basis poin.
Data indeks manajer pembelian swasta pada hari Senin menunjukkan sektor jasa Tiongkok tumbuh lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli 2024.
Hal itu menunjukkan bahwa beberapa aspek ekonomi tetap tangguh meskipun terjadi penurunan aktivitas manufaktur.
“Angka tersebut membantu meningkatkan sentimen terhadap Tiongkok, yang selama ini menjadi titik lemah utama bagi komoditas, yang merupakan ketahanan dalam perekonomian,” paparnya.
Ibrahim menambahkan pembacaan tersebut membantu sedikit meningkatkan sentimen terhadap Tiongkok setelah pembacaan yang suram pada sektor manufaktur minggu lalu.
Sejumlah pembacaan ekonomi utama Tiongkok akan dirilis minggu ini, termasuk data perdagangan dan inflasi. (Tribun Network/Reynas Abdila)