TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU - Sosok Aiptu Fahmi Bhabinkamtibmas wilayah Polsek Bajo, Polres Luwu, Sulawesi Selatan menyita perhatian.
Di HUT-78 Bhayangkara, Bhabinkamtibmas Polsek Bajo ini diberi penghargaan oleh Kapolda Sulsel, Irjen Andi Rian R Djajadi.
Penghargaan diserahkan Kapolres Luwu, AKBP Arisandi di Aula Tebbakke Tongengnge Mapolres Luwu, Senin (1/7/2024).
Aiptu Fahmi meraih penghargaan terbaik ketiga inovasi Bhabinkamtibmas jajaran Polda Sulsel.
Ia dinilai memberi pengaruh positif kepada para pelaku kriminal.
Baca juga: 8 Tokoh Agama-Tomas di Palopo Sulsel Dapat Penghargaan dari Kapolres: Ketua NU, MUI, Tokoh Kristen
Di hadapan Dir Binmas Polda Kombes Pol Heru Susanto, Aiptu Fahmi menjelaskan inovasinya dalam pendekatan kepada pelaku kriminal.
Dia merangkul anak muda pelaku kriminal dengan pendekatan agama.
"Pelaku kriminal kami rangkul di pondok pesantren. Misalnya pelaku pencurian, balap liar itu kami rangkul untuk diajar mengaji," katanya.
Kata Fahmi, kebanyakan pelaku kriminal yang ia bawa ke Pondok Pesantren Nurul Yakin, Desa Tumbubara, Kecamatan Bajo masih berusia muda.
"Mereka generasi muda yang seharusnya punya masa depan cerah ke depan. Dengan pendekatan agama, kami mau mereka berubah agar jadi lebih baik dan meninggalkan kebiasaan buruknya," jelasnya.
Pendekatan keagamaan seperti ini dinilai efektif untuk mengubah perilaku dan kebiasaan buruk pelaku kriminal.
"Dengan cara pendekatan keagamaan, kami rasa itu lebih membekas ke hati anak-anak kita pelaku kriminal jalanan. Kita mau menyadarkan mereka bahwa perilakunya selama ini salah," tandasnya.
"Dengan belajar mengaji juga mereka bisa mendapatkan aktivitas positif, sehingga menghindarkan mereka dari pengaruh negatif dari luar," tambahnya.
Selama 23 tahun berdinas menjadi Bhabinkamtibmas di Desa Rumaju, Balla dan Tallang Bulawang, Aiptu Fahmi merasakan berbagai suka duka.
"Suka duka kalau bicara sukanya Alhamdulillah kerja sama dengan masyarakat bisa bekerja sama dengan baik," katanya.
Kadang kala, Fahmi juga dituntut bertugas walau dirinya sudah berisitirahat di rumah.
"Kalau dukanya ya terkadang dalam keadaan tertidur nyenyak kalau masyarakat membutuhkan bantuan segera dituntut untuk berangkat maupun dalam keadaan hujan," tutupnya.
Pendekatan Human Touch
Human Touch merupakan pendekatan yang dilakukan Aiptu Fahmi dalam merangkul anak-anak muda di kampung, terutama para pelaku kriminal.
Dua tahun lalu, ada anak berinisial F (14), warga Dusun Batu, Desa Sampeang, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu.
Saat itu, F diamankan di Polsek Bajo karena kedapatan mencuri di rumah warga dalam keadaan kosong.
Menurut Aiptu Fahmi, anak berinisial F tersebut tinggal bersama neneknya berinisial M (70) sejak kecil.
Kelakuannya cukup menjengkelkan warga dan membuat warga resah.
“Orangtuanya sudah cerai dan ibunya menikah lagi di Makassar. Ia kerap mencuri membuat warga sekitar marah, kesal bahkan hampir menghakiminya,” kata Fahmi, Selasa (8/11/2022).
Atas kelakuannya yang kerap mencuri bahkan meresahkan warga kampung, F kemudian diamankan dan diantar langsung oleh orangtua dan neneknya ke kantor Polsek Bajo.
Ia meminta agar dilakukan pembinaan karena keluarganya sendiri sudah tidak mampu membinanya.
Setelah diproses di Mapolsek Bajo, F kemudian dihukum dengan cara sujud tobat di depan kantor Polsek, F menangis dan menyatakan tidak lagi akan mencuri.
Situasi ini kemudian menimbulkan rasa iba dan simpatik Aipda Fahmi karena F yang masih anak-anak dan butuh pembinaan.
"Sesuai arahan Kapolsek Bajo Polres Luwu Ipda Sulfadly Rahman, bahwa saat ini tidak semua tindak pidana harus berakhir di meja hijau, namun juga bisa dilakukan upaya restorative justice kemudian dilakukan pembinaan," kata Fahmi.
F lantas diajak ke masjid setiap waktu shalat, bahkan pada subuh hari dijemput di Polsek Bajo kemudian sama-sama ke pondok untuk belajar mengaji.
Fahmi terus melakukan pendekatan melalui pembinaan rohani dan mental agar mampu merubah karakter sang anak.
“Alhamdulillah, F sudah ikut bimbingan rohani dan sudah rajin shalat, bahkan rajin belajar mengaji, dia sudah pelan-pelan bisa membaca Al-Quran, bahkan terkadang ia menangis dengan ulahnya, ia sering curhat dengan saya tentang kehidupannya,” ujar Fahmi.
Status pendidikan F sudah putus sekolah sejak SD pada saat masuk kelas 6 yang bersangkutan tidak mau lagi sekolah.
"Saya lalu memfasilitasi F untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP pada Pondok Pesantren di Desa Saga, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, hal ini supaya F tetap mendapatkan pengetahuan agama agar dapat menjadi anak yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara di kemudian hari," jelas Fahmi.
Sementara itu, F mengaku jika ulahnya selama ini membuat warga tidak nyaman, bahkan ia kerap mencuri di beberapa tempat.
“Saya lakukan itu sudah berkali-kali, seingat saya sudah lima kali memanjat rumah warga,” tutur F.(*)
Laporan Jurnalis Tribun Timur Muh Sauki Maulana