Para sopir ini menggunakan mobil dengan kendaraan pelat hitam, yang seharusnya digunakan untuk kendaraan pribadi.
Namun digunakan sebagai angkutan umum.
Liwang lantas mengeluhkan keberadaan terminal bayangan ini.
Menurut Liwang, beberapa faktor yang menyebabkan maraknya terminal bayangan ini.
Pertama adalah alasan tak mau masuk ke terminal resmi karena dikenakan biaya.
Mangkal di luar terminal dianggap lebih mengurangi biaya operasional daripada mangkal di dalam terminal resmi.
Hal ini membuat sopir angkutan umum memilih untuk beroperasi di pinggir jalan daripada masuk ke terminal.
"Kedua, calon penumpang cenderung lebih banyak menunggu jemputan di rumah masing-masing, ketimbang ke terminal," ujarnya.
Liwang menambahkan, rata-rata para supir sekarang kebanyakan tak lagi memasuki area terminal.
"Beda dulu sopir banyak menunggu di terminal, sekarang para sopir banyak menjemput masing-masing calon penumpangnya tampa masuk terminal," tambahnya.