Namun ternyata, konsekuensi logis dari filsafat ini adalah hadirnya keindahan.
Lihatlah bagaimana Belanda menggilas lawan dengan trengginas namun indah. Mereka menyuguhkan sepakbola indah, terorganisasi dengan tempo tinggi; sambil memegang teguh dogma dari Sir Alex Ferguson bahwa “pertahanan terbaik adalah menyerang agresif.”
Tesis Ken Robinson tentang The Elementnya mungkin keliru jika melihat bagaimana Koeman memimpin Belanda dalam laga pemanasan menjelang Euro 2024.
Tengoklah bagaimana “tank” Belanda dengan pasukannya membantai Canada dan Islandia masing-masing denganskortelak 4-0. Memphis Depay, Jeremie Frimpong, Wout Weghorst, dan Virgil Van Dijkterlalu “sadis” untuk dihadangtim Canada dan Islandia.
Namun di sisi lain, Robinson benar ketika mengatakan bahwa untuk bisa berada dalam zona yang diinginkan adalah sama dengan berada dalam jantung terdalam dari sebuah elemen.
Yaitu, melakukan apa yang kita sukai dan melibatkan semua kegiatan yang esensial. Semua yang dilakukan oleh Tim Oranye adalah dalam rangka melestarikan trade mark mereka yaitu sistemtotal football.
Kebenaran lain daritesis Robinson adalah bahwa meski kita melakukan semua yang kita sukai, kita dapat saja mengalami frustrasi, kekecewaan pada saat-saat di mana semua yang kita rencanakan tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
Mari kita tengok kebelakang, ketika Belanda tampil “mengerikan” di awal-awal PialaDunia 1974, menyingkirkan Brasil juara bertahan ketika itu; namun akhirnya tumbang dari Jerman Barat.
Di bawah asuhan Marco van Basten, murid dan pewaris tahta konseptotal football, Tim Oranye sepertinya akan menjuarai Euro 2008 saat mereka secara cepat dan meyakinkan menggilas Rumania, Italia dan Prancis.
Masing-masing tim tersebut dibantai ‘Oranye’ dengan skor telak. Namun di perempat final langkah cepat mereka dihentikan oleh tim kejutanRusia, yang diarsiteki oleh penganut total footballlainnya, yaitu GuusHidink.
Karena keindahan permainan Belanda, tim ini dijuluki juara tanpa mahkota, yang amat melekat erat padakubu Tim Oranye.
Besok malam nanti Tim Bunga Tulip akan menghadapi Polandia yang diasuh oleh Michal Probierz yang mungkin saja tanpa Robert Lewandowski akibat mengalami cedera paha.
Surat kabar Inggris, The Guardian, mengulas bahwa permainan Tim Polandia adalah membosankan dan mudah ditebak (boring and predictable).
Walau berada di bawah bayang-bayang Belanda, Sang Elang (The Eagles) Polandia dapat saja ‘meledak’ dan memupus mekarnya bunga tulip oranye, karena tekanan dan beban sejarah masa lalu Belanda.
The Guardian menulis bahwa segala sesuatu mungkin terjadi dalam sepak bola dan mungkin saja Polandia akan mengejutkan kita semua.
Apakah kerinduan fans De Oranje untuk menjelmakan keindahan masa lalu ke masa sekarang akan menjadi kenyataan?
Di medan pertempuran yang bernama VolksparkStadion di Hamburg itulah yang akan berbicara kepada kita.**