TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan (DPRD Sulsel) meminta pemerintah dan Aparat Penegak Hukum (APH) menelusuri kelangkaan Solar Subsidi.
Permintaan ini muncul setelah banyak laporan berbagai daerah mengenai sulitnya mendapatkan solar subsidi.
Hal ini berdampak pada sektor transportasi dan ekonomi lokal.
Anggota DPRD Sulsel, Azhar Arsyad, menegaskan kelangkaan ini harus segera diatasi karena berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat dan ekonomi daerah.
Ketua Fraksi PKB ini lantas menyesalkan kejadian terus berulang tanpa adanya solusi.
"Sangat disayangkan kejadian sama berulang kali dan pemerintah tidak pernah belajar dari pengalaman," ujar Azhar kepada Tribun-Timur.com, Kamis (13/6/2024) sore.
Dia menekankan, pemerintah dan APH harus lebih serius dalam menangani masalah ini.
Mengingat solar subsidi sangat penting untuk kepentingan hajat hidup orang banyak.
Menurut Azhar, salah satu faktor utama masalah ini adalah banyaknya penyelewengan solar subsidi yang dimanfaatkan pihak-pihak tidak berhak.
"Tentu banyak faktornya, termasuk solar subsidi banyak dimanfaatkan kepada yang tidak semestinya," tambahnya.
Olehnya, jika masalah ini terus berlarut-larut tanpa solusi jelas, DPRD Sulsel akan memanggil pihak-pihak terkait untuk memberikan penjelasan.
"Kalau berlarut-larut, pasti kami akan panggil," tegasnya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Solar Langka, Antrean Truk Mengular di SPBU Maros Sulsel
Solar Langka di Maros
Sebelumnya diberitakan, Sopir keluhkan solar langka di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Pantauan Tribun-Timur.com, Kamis (13/6/2024) siang, antrean panjang truk terjadi di SPBU Batangase dan SPBU Ballu-ballu.
Antrean truk bahkan mengular hingga di tepi jalan Poros Maros-Makassar.
Sejumlah sopir nampak menunggu di atas truk, sebagiannya lagi mengecek sesekali ketersediaan solar.
Sopir, Erwin mengatakan sudah sebulan solar sulit didapatkan.
Tak hanya Maros, kelangkaan solar juga terjadi hampir di seluruh daerah lain di Sulsel.
“Harga tetap normal, tapi memang sulit didapat, apalagi di daerah lebih sulit lagi didapat,” katanya.
Ia mengatakan, demi mendapatkan solar dirinya terkadang harus menginap di SPBU.
“Saking sulitnya itu harus antre lama, kadang juga harus menginap di SPBU,” ujarnya
Akibatnya, logistik harus dibawa ke sejumlah daerah ini pun terhambat.
“Ini saja sudah batal mengangkut karena tidak dapat solar, padahal biasanya bisa mengantar sampai Poso, Luwuk Banggai dan lain-lain,” tuturnya.
Sopir lainnya, Syamsul mengeluhkan hal serupa.
Ia menyebutkan jika sebelumnya hanya butuh waktu lima hingga enam jam sampai ke Sulawesi Barat, namun kini harus menempuh waktu lebih lama.
“Karena harus mengantre lama di SPBU, kadang sampai empat jam kadang juga sampai menginap,” terangnya.
Ia pun berharap pemerintah bisa bertindak terkait kelangkaan solar ini.
“Kalau bisa perbanyak stok solarnya supaya sopir tidak kesulitan,” tutupnya.(*)