Kebakaran SMPN 8 Makassar

Kipas Anging Penyebab Kebakaran SMPN 8 Makassar, Bekas Bangunan Bakal Jadi RTH

Penulis: Siti Aminah
Editor: Alfian
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kebakaran gedung sekolah SMP Negeri 8 Makassar di Jl Batua Raya, Makassar, Sulsel, Senin (20/8/2023) malam.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar Muhyiddin menegaskan bahwa insiden kebakaran yang terjadi di SMPN 8 Makassar Jl Batua Raya disebabkan karena korsleting listrik.

Itu terungkap lewat rekaman CCTV sekolah, kebakaran terjadi karena kipas angin yang ada di ruang guru mengalami korsleting usai mati lampu.

Muhyidin menjelaskan, pemadaman listrik terjadi sekira pukul 11.00 wita, berlangsung hingga sore sekira pukul 15.00 wita.

Lampu baru menyala setelah kegiatan dan aktivitas sekolah selesai, para siswa dan guru juga sudah pulang.

"Jadi setelah kami tadi malam membuka CCTV, kelihatan bahwa sumbernya dari listrik, dari kipas angin. Di situ kelihatan meleleh," ungkap Muhyiddin, Selasa (31/10/2023)

Adapun ruangan yang menjadi obyek kebakaran adalah bangunan lama. Kebakaran ini ikut menghanguskan fasilitas lain seperti sound system, meja guru, hingga lemari.

"Jadi saya langsung pastikan semua ruang kelas aman termasuk laboratorium, komputer, dan termasuk smart class (kondisi aman)," jelasnya.

Atas insiden ini, Disdik memutuskan agar kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring atau online.

Bahan materil bekas kebakaran akan disterilkan lebih dulu sebelum aktivitas di sekolah diaktifkan. Rabu besok, guru dan siswa bisa kembali aktif belajar.

"Jadi belajar khusus (online) satu hari ini, kita sterilkan dulu, karena ini kan puing-puing ini yang kita khawatirkan, jangan sampai terjadi apa-apa," ujarnya

Sementara itu, Wali Kota Makassar Danny Pomanto berharap PLN bertanggung jawab atas peristiwa kebakaran yang disebabkan karena masalah listrik.

Danny berharap agar PLN mau bekerjasama untuk memberikan edukasi terhadap penggunaan kabel-kabel listrik di rumah warga untuk mencegah kejadian berulang.

Menurutnya, PLN harus punya tanggung jawab sosial untuk memberi pencerdasan kepada seluruh masyarakat terkait penggunaan listrik.

Bahkan jika perlu, PLN membantu untuk memeriksa atau mendiagnosa kabel-kabel yang sudah rawan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan.

"Kita kan tidak mengerti soal ini, naik tegangan atau turun, siapa yang tahu. Kadang kadang tegangan turun, rusak. Siapa yang ganti rugi, orang pada komplain sama saya, komputernya rusak, seharusnya yang ganti rugi itu yang buat listrik ini," sebutnya. 

Halaman
12

Berita Terkini