Nurdin Abdullah Pulang ke Bantaeng

Setalah Andi Sudirman Sulaiman, Giliran Iksan Iskandar Menangis Dipelukan Nurdin Abdullah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Jeneponto Iksan Iskandar memeluk mantan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Rabu (23/8/2023). Bersama warga, Iksan Iskandar menyambut kehadiran Nurdin Abdullah di halaman Masjid Agung Jeneponto.

TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO - Bupati Jeneponto Iksan Iskandar menyambut kedatangan mantan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah.

Bersama sejumlah warga Jeneponto, Iksan Iskandar menyambut kehadiran Nurdin Abdullah di halaman Masjid Agung Jeneponto, Rabu (23/8/2023).

Iksan Iskandar terlihat meneteskan air mata seusai memeluk Nurdin Abdullah.

Bupati Jeneponto lalu menyampaikan selamat datang kembali di Jeneponto.

Mantan Bupati Bantaeng Prof Nurdin Abdullah tidak sendiri saat datang di Kabupaten Jeneponto.

Nurdin Abdullah didampingi sang istri Liestiaty Fachruddin dan sejumlah keluarga besarnya.

“Selamat datang Karaeng, kami sangat merindukan ta' Karaeng (NA),” singkat Iksan Iskandar sambil usap air matanya.

Iksan Iskandar kemudian mengajak Prof NA masuk melihat kondisi Masjid Agung Jeneponto yang di bangun saat Prof NA menjabat Gubernur Sulsel.

Untuk itu, Mantan Sekda Jeneponto Syafruddin Nurdin menjelaskan kepada seluruh masyarakat Jeneponto bahwa pembangunan Masjid Agung Jeneponto ini adalah hasil pemikiran dan sumbangsi Prof Nurdin Abdullah.

“Terima kasih tak terhingga untuk kedua tokoh besar ini, Prof HM Nurdin Abdullah dan Bapak Bupati Jeneponto Iksan Iskandar yang banyak membantu Masjid Agung Jeneponto ini," katanya.

Sementara mantan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyampaikan terima kasih kepada Bupati Jeneponto Iksan Iskandar.

Pejabat Fungsional Pemkab Jeneponto Syafruddin Nurdin dan seluruh masyarakat Jeneponto atas diberikan kesempatan untuk bersilaturahmi di Masjid Agung Jeneponto.

“Terima kasih banyak atas doa’ta semua. Alhamdulillah, kita bisa bersilaturahmi dan kita masih sehat-sehat dan diberikan nafas oleh Allah,” katanya.

Menurutnya, apapun yang terjadi itu sudah menjadi takdir Allah.

Tentunya harus bersyukur masih sehat-sehat hingga saat ini.

“Ini adalah pelajaran buat kita semua dan Allah SWT memiliki rencana yang lebih besar setelah ini,” jelasnya.

Ratusan orang menyambut kedatangan Nurdin Abdullah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Minggu (20/8/2023).

Saat mantan Gubernur Sulsel itu keluar dari ruang kedatangan, ratusan orang ini langsung mengerubunginya untuk berjabat tangan, berpelukan hingga berswafoto.

Seusai melayani para pendukungnya itu, Nurdin langsung naik ke mobil menuju kediaman pribadinya di Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea.

Setelah tiba, Nurdin langsung ke Masjid Nur Ikhlas tak jauh dari rumahnya untuk menunaikan salat dhuhur.

Nurdin menjadi imam dengan beberapa makmum. Kedatangannya pun menjadi perhatian jamaah yang sudah lebih dulu melaksanakan salat.

Usai salat, Nurdin Abdullah bersama seluruh jamaah masjid melakukan sujud syukur.

Setelah itu Nurdin kembali ke rumahnya dan berbincang dengan tamu yang sebagian besar tetangga dan pendukungnya.

Dalam bincang-bincang itu, Nurdin menceritakan kenangannya menjalani hari di Lapas Sukamiskin, Bandung.

Termasuk menceritakan momen saat dijenguk mantan wakilnya yang saat ini menjabat Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman.

Andi Sudirman Menangis

Andi Sudirman, kata Nurdin, menangis dipelukannya.

"Pak wagub yang sekarang Gubernur Sudirman, datang ke saya menangis, itu memeluk saya," kata Nurdin.

"Saya bilang, tidak ada yang harus disesali. Ini adalah takdir. Allah SWT takdirkan kita bagi dua masa jabatan," sambungnya.

Nurdin mengaku kini lebih ikhlas dalam menjalani hidup.

Perkara yang menimpanya adalah takdir tertulis bagi dirinya.

"Kita harus berpikir positif, mungkin Allah mempunyai rencana lebih besar ke depan," jelasnya.

Dimintai komentarnya terkait kepulangan Nurdin Abdullah, Andi Sudirman Sulaiman hanya menyunggingkan senyum untuk menghindari menjawab pertanyaan.

"Ini masjid ya, tanggapan itu lagi" ujar Andi Sudirman kepada wartawan, usai meresmikan Masjid Kubah 99 Asmaul Husna.

Bebas hari Jumat, ditangkap hari Sabtu

Pada Sabtu dini hari tanggal 27 Februari 2021, Nurdin diamankan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT).

Nurdin Abdullah divonis lima tahun penjara dan denda Rp 500 juta terkait kasus suap dan gratifikasi proyek infrastruktur.

Vonis ini dijatuhkan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Makassar, Senin (29/11/2021).

Awalnya KPK menangkap bawahannya mantan Sekdis PUTR Sulsel Edy Rahmat dan kontraktor pemberi suap Agung Sucipto.

Agung Sucipto disebut memberi suap Rp 2,5 miliar kepada Nurdin Abdullah lewat Edy di depan Taman Macan, Makassar.

Kemudian KPK bergerak mengamankan Edy di rumah dinasnya.

Sementara Agung Sucipto diamankan saat perjalanan pulang ke Bulukumba, tepatnya di perbatasan Kabupaten Jeneponto-Takalar.

Kemudian Nurdin Abdullah sendiri diamankan di rumah jabatan (rujab) Gubernur.

Ketiganya lantas diamankan ke Gedung Merah Putih KPK.

Ketiganya pun ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi pada Minggu dini hari, 28 Februari 2021.

Perkara Nurdin Abdullah resmi disidangkan di Pengadilan Tipikor Makassar pada Kamis 22 Juli 2021.

Nurdin kemudian didakwa menerima suap dalam pecahan dollar Singapura SGD 150 ribu dan Rp2,5 miliar dan gratifikasi sekitar Rp13 miliar dari sejumlah kontraktor berkepentingan proyek di lingkup Sulsel.

Jaksa menuding Nurdin menerima suap SGD 150 ribu dan Rp 2,5 miliar dari Agung Sucipto yang kemudian dimenangkan dalam lelang paket proyek Ruas Jl Palampang Munte Bontolempangan dan Jalan Palampang Munte Bontolempangan 1.

Kemudian, Nurdin Abdullah juga didakwa menerima uang gratifikasi Rp 6,5 miliar dan SGD 200 ribu dari sejumlah kontraktor.

Selanjutnya berdasarkan rentetan persidangan dengan puluhan saksi yang dihadirkan, Jaksa KPK berpendapat Nurdin Abdullah memang menerima suap SGD 150 ribu dan Rp2,5 miliar dari pengusaha Agung Sucipto sebagaimana kesaksian Edy Rahmat dan Agung Sucipto.

Jaksa KPK juga berpendapat Nurdin telah bersalah menerima gratifikasi dari para kontraktor dengan modus uang operasional hingga uang sumbangan masjid serta bantuan sosial.

Penerimaan gratifikasi di antaranya diungkap oleh mantan bawahan Nurdin, yakni mantan Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Sari Pudjiastuti dan ajudan Syamsul Bahri hingga Muhammad Salman Natsir.

Penerimaan gratifikasi Nurdin juga diungkap sejumlah kontraktor, yakni Nurwadi bin Pakki alias H Momo, Ferry Tanriadi, Robert Wijoyo, Haerudin dan sejumlah kontraktor lainnya.

Daftar Suap-Gratifikasi Nurdin Abdullah

Sebelum membacakan tuntutannya, jaksa juga membacakan fakta-fakta persidangan yang selama ini mengungkap daftar-daftar suap dan gratifikasi Nurdin Abdullah.

Di antaranya Nurdin diyakini oleh jaksa menerima suap dari pengusaha Agung Sucipto.

Agung memberi suap tunai dalam bentuk mata uang dolar Singapura sebesar SGD 150 ribu di rumah jabatan Nurdin dan juga uang Rp2,5 miliar yang diserahkan pada saat OTT KPK Februari 2021.

Nurdin juga diyakini menerima gratifikasi dari sejumlah pengusaha yang berkepentingan atas sejumlah pekerjaan proyek di Pemprov Sulsel.

Di antara penerimaan itu adalah uang Rp2,2 miliar dari kontraktor Ferry Tanriadi yang diterima melalui mantan ajudan Nurdin, Syamsul Bahri.

Untuk penerimaan Rp2,2 miliar tersebut, diakui Nurdin dengan alasan merupakan sumbangan masjid.

Nurdin juga mengakui menerima SGD 200 ribu dari kontraktor Nurwadi bin Pakki alias H Momo.

Nurdin Abdullah juga diyakini jaksa meminta dana operasional kepada kontraktor bernama Nurwadi bin Pakki alias H Momo serta Hj Indar.

Kedua kontraktor ini kemudian masing-masing menyetor Rp1 miliar untuk Nurdin melalui perantara mantan Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Pemprov Sulsel Sari Pudjiastuti.

Selain berkedok meminta dana operasional, Nurdin juga diyakini jaksa telah menerima gratifikasi dengan kedok sumbangan hingga bantuan sosial (bansos).

Di antara setoran tersebut ialah penerimaan Rp1 miliar dari kontraktor Haerudin yang mengaku dimintai sumbangan masjid di kebun pribadi Nurdin di Kebun Raya Pucak, Maros.

Gratifikasi melalui sumbangan masjid juga diyakini datang dari kontraktor Petrus Yalim dan Thiawudy Wikarso.

Keduanya masing-masing mentransfer Rp100 juta ke rekening masjid.

Selanjutnya, penerimaan juga datang dari kontraktor yang mengerjakan proyek bibit talas Jepang di Tana Toraja, Kwan Sakti Rudy Moha.

Rudy disebut memberikan Rp 357 juta dengan alasan bansos Covid-19 melalui perempuan yang bekerja di rumah Nurdin, Nurhidayah.

Nurdin juga diyakini menerima titipan Rp1 miliar dalam kardus dari kontraktor Robert Wijoyo dengan perantara Syamsul Bahri.

Robert dan Nurdin menyebut kardus tersebut berisi beras tarone, tapi jaksa meyakini kardus itu sebenarnya berisi uang dan bukan beras sebagaimana keterangan Syamsul yang berasumsi kardus itu berisi uang.(*)

Berita Terkini