Video Hoax Ular Makan PRT

Viral Video Hoaks 'Ular Piton Makan PRT di CitraLand Surabaya', 5 Cara Identifikasi Kabar Bohong

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Screenshot video viral yang disebut video ular piton disebut makan PRT di Citraland, Surabaya. Video tersebut ternyata hoaks.

TRIBUN-TIMUR.COM - Netizen di Makassar, Sulsel dihebohkan dengan video viral tentang ular piton makan PRT di CitraLand, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (3/8/2023).

Video tersebut viral di grup WhatsApp dan Facebook.

Tribun-Timur.com pun melakukan cek fakta dan ternyata video tersebut merupakan hoaks atau kabar bohong.

Kejadian dalam video tersebut ternyata adalah penemuan ular piton di Malaysia pada tahun 2018 lalu, lalu digabung dengan video kejadian warga dimangsa ular piton di Muna, Sulawesi Tenggara pada tahun yang sama.

Situs Brilio.net memberitakannya dengan judul "Serem banget, ular piton raksasa ditemukan di selokan. Gegerkan warga." 

Terbit pada 27 Februari 2018 pukul 18.49.

Baca juga: Viral Video Ular Makan PRT di Citraland Surabaya Ternyata Hoaks, Faktanya Terjadi di Malaysia

Lalu, Viva.co.id memberitakannya dengan judul "Piton Berperut Besar Ditemukan di Selokan, Bikin Panik Warga"

Terbit pada Rabu, 9 Mei 2018 pukul 17.23.

Situs Liputan6.com memberitakannya dengan judul "Kisah Menyeramkan Sebelum Wanita di Sultra Ditelan Ular Piton"

Terbit pada Senin, 25 Juni 2018 pukul 07:52.

Netizen kini perlu berhati-hati agar tak termakan hoaks.

Baca juga: Viral Emak-emak Ngamuk Anaknya 13 Kali Gagal Ujian SIM: Saya Tidak Mau Anak Saya Jadi Pemain Sirkus!

Lalu bagaimana cara mengidentifikasi antara mana berita palsu dan mana berita asli?

Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasinya.

Baca juga: Viral ODGJ Cantik Mirip Artis Syahnaz Sadiqah Bertahun-tahun Dipasung, Lokasi Rumah

1. Cermati judul yang provokatif

Menurut Eko, narasi hoaks sering menggunakan judul yang sensasional dan provokatif, misalnya langsung menuduh ke pihak tertentu.

Isi narasi bisa dicomot dari media resmi, akan tetapi isinya dimanipulasi agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki pembuat hoaks.

Apabila menjumpai narasi dengan judul provokatif, sebaiknya cari referensi lain dari media resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.

2. Cermati alamat URL situs

Eko menyebutkan, untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, masyarakat perlu mencermati alamat URL yang tercantum.

Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.

Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

3. Cek sumber informasi

Langkah berikutnya, menurut Eko adalah mengecek sumber informasi dan memastikannya berasal dari sumber yang kredibel serta resmi.

Ia mengatakan, masyarakat sebaiknya tidak menelan mentah-mentah informasi yang berasal dari tokoh ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Eko mengatakan, masyarakat perlu memperhatikan keberimbangan sumber yang disertakan dalam narasi atau berita yang dibagikan.

Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.

Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4. Cek keaslian foto

Selain beredar dalam bentuk teks, hoaks juga dapat beredar dalam bentuk foto atau video. Eko menyebutkan, mengecek keaslian foto dapat dilakukan dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop foto ke kolom pencarian Google Images.

Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet, sehingga dapat dibandingkan.

5. Bergabung dengan grup anti-hoaks

Eko juga menyarankan masyarakat untuk bergabung dengan fanpage dan grup diskusi anti-hoaks yang eksis di Facebok, seperti Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Indonesian Hoax Buster, Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup tersebut, masyarakat dapat bertanya mengenai kebenaran suatu informasi, sekaligus mengecek klarifikasi terkait hoaks yang beredar di masyarakat.(*)

Berita Terkini