HAJJAH Rosmini (67) mafhum betul berjualan sate adalah satu cara bertahan sekaligus mensyukuri hidup.
Modalnya bukan lahan usaha atau kredit bank melainkan membesarkan anak dengan nilai-nilai agama, adab sosial serta kejujuran, dan bekal pendidikan.
Itu investasi abadi.
Dan, baginya menunaikan haji bukan menuntaskan rukun kelima Islam belaka.
Haji dan rangkaian persiapannya mengajari; memilah "itu" keinginan dan "ini" kebutuhan hidup.
Itulah tahap awal definisi haji mabrur.
dan... Hajjah Rosmini, mengamalkan prinsip itu tiga dekade terakhir.
Penjual sate tusuk di samping markas polisi kecataman (mapolsek) Campurdarat, di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pun sudah membuktikannya.
Kala itu, usianya masih 42 tahun.
Keuntungan jualan sate rintisan keluarga, disisihkan untuk berhaji.
Memanfaatkan kemudahan haji reguler, tahun 2001, dia berhaji bersama suaminya.
Tahun 2008, sang suami meninggal dunia.
Karena hidup harus tetap berjalan duka pun dipendam.
Tak mau larut dalam kubangan duka, usaha kedai sate pun dilanjutkan bersama anak.
Ia ingin kenangan indah ibadah haji bersama mendiang suami, dikisahkan dan dijalani bersama anak dan mantunya.