MADINAH, TRIBUN - "Anda lihatkan dari sini, sebelum Masjid Nabawi banyak pagar seng. Itulah tantangan baru misi haji Indonesia tahun-tahun kedepan," kata Direktur Bina Haji Ditjen PHU Kemenag Dr Arsad Hidayat, Minggu (11/6/2023), kepada wartawan di kantor misi haji Indonesia, sekitar 2 km timur Masjid Nabawi, Madinah.
Di sisi timur sentrum Kota Rasululllah itu, ada ratusan hotel kosong, bangunan permanen dibongkar, puluhan crane, dan pengalihan lalulintas.
Proyek itu akan berdampak besar bagi misi haji, penyelenggaraan umrah, dan bisnis travel wisata religi ini bagi Indonesia.
Baca juga: Presiden Haramain: Operasi Haji 2023 Terbesar dalam Sejarah, Ini 8 Inovasi Layanan
Baca juga: Sulsel Dapat Tambahan 580 Kuota Jamaah Calon Haji 2023
Menurut mantan Kadaker Madinah dua periode itu, adalah tahap awal dari megaproyek Rua Al Madinah gagasan Pangeran Kerajaan Arab Saudi Mohammad bin Salman (37).
"Tadi malam, di daker saya bertemu dengan Arab pengusaha hotel di Madinah, dia bilang, untuk musim-musim haji tahun depan, Indonesia sudah harus teken kontrak akomodasi di bulan Safar," ujarnya dengan kepala menggeleng.
Safar adalah bulan kedua tahun Hijriyah.
Biasanya dokumen kontrak haji Indonesia di musim berjalan, baru diteken bulan Rajab, Syawal atau dua bulan sebelum peak season Dzulqaedah dan Dzulhijjah.
Si pengusaha Arab, jelas Arsad, mengisyaratkan berlakunya hukum ekonomi tinggi di penyelenggaraan haji.
Permintaan tinggi, sementara ketersediaan kamar hotel jadi rebutan negara lain dan pengusaha swasta, karena banyak hotel sekitar Nabawi dibongkar.
Itu, jelas Arsad, baru sisi akomodasi. Efek ekonomi tinggi juga berimbas ke naiknya sewa transportasi, karena penutupan jalan, serta ongkos tambahan bagi distribusi konsumsi haji - umrah, karena dapur jasa ketering akan semakin jauh dari Markaziyah.
Sekadar informasi, tiga tahun sudah, calon Raja Arab yang lebih akrab dengan inisial MbS, mencanangkan megaproyek Rua Al-Madinah (Visi Peradaban), Kota Madinah.
MbS bukan pangeran belaka. Dengan jabatan Chairman of the Council for Economic and Development Affairs (CEDA), dan Chairman of the Public Investment Fund (PIF) sekaligus perdana menteri Arab, Mbs adalah penguasa tertinggi sejati Arab Saudi.
Nilai Megaproyek di timur Masjid Nabawi itu 140 miliar Saudi Real (USD37 billion) ini setara Rp 550,89 Triliun.
Proyek investasi ini merevitalisasi infrastruktur transportasi publik, peremajaan 47 ribu kamar hotel, pembangunan mall, pembuatan green public space hingga 62 persen.
Megaproyek ini, 60 persennya menyasar jamaah dengan "selera" emas - platinum, sedikit perak atau tembaga.
Megaproyek seluas 1.5 juta meter persegi ini sudah dimulai 2022, puncaknya 2023 hingga 2026, dan akan rampung total 2028.
Ini dua tahun menjelang target skema utama Vision 2030 canangan MbS.
Visi Sang Pangeran sederhana, cadangan minyak bumi Jazirah Arab adalah sumber kesejahteraan fosil.
Wisatawan dan menjual obyek wisata religi bagi umat Islam dunia, adalah sumber kemakmuran sejati, dan baru.
Digitalisasi infrastruktur, dan menghijaukan area publik sekitar Haramain (Makah dan Madinah) adalah tahap awal.
Selain di Madinah, proyek revitalisasi serupa juga dicanangkan di Mekah, pelabuhan dan bandara Jeddah, Riyadh, dan provinsi lain digubah jadi tujuan wisata.
Sang pangeran yakin, megaproyek Rua Madinah akan meningkatkan daya tampung dan kenyamanan jamaah umrah - haji hingga 30 juta setahun, serta penyerapan 93 ribu tenaga kerja baru.
Master plan Rua Madinah, akan membongkar sekitar 83,000 m2 area menjadi ruang hijau, bukan padang pasir.
Mohammed Al-Khalili, chairman of Rua Al Madinah Holding Co, kepada Arab News, menyebut 63 persen area timur Masjid Nabawi, bukan untuk hotel, tapi untuk pohon, rumput, bunga dan ornamen khatulistiwa. (zil)