Anshar Aminullah (Mantan Pengurus KNPI Sulsel)
TRIBUN-TIMUR.COM - Sore itu takkala hendak beranjak menuju perpustakaan pusat di kampus, mendadak notifikasi WA saya berbunyi. Sebuah kiriman foto dengan pakaian khusus yang facenya sangat akrab di mata saya.
Untuk memastikannya pun saya mesti menforward kebeberapa teman terdekat untuk memastikan kejadian tersebut.
Dan semuanya menjawab dengan jawaban yang senada, "iya, kak Nyanyang (baca : Haris YL) lagi dapat ujian hidup".
Saya pun akhirnya mengurungkan niat untuk melanjutkan ke Kubikus perpustakaan tersebut. Butuh beberapa menit hanya untuk sekedar memperbaiki perasaan saya oleh karena berita kejadian tersebut sudah mulai mengganggu emosional saya.
Dalam benak saya berulang-ulang "tidak, dia orang baik, nggak mungkin, pasti ada yang keliru atas penetapan ini" walaupun itu masih goyah oleh share puluhan berita media online yang terus mengalir ke WAG, berita yang seolah hendak menegaskan bahwa senior kami ini keliru berat dalam kebijakannya saat menjabat.
Tak sulit untuk mengetahui karakter seorang kak Nyanyang. tentu dengan banyaknya perjumpaan dengannya mungkin akan menjadikan penetapan status terhadapnya ini akan serasa menjadi keputusan ambigu, bahwa sepertinya ada kekeliruan dalam menetapkan statusnya.
Adalah kurang bijak memang jika mencoba menjustifikasi sosok Kak Nyanyang jika tidak ada interaksi beberapa kali dengan nya. Intensitas itulah pada sisi lain akan membuahkan segudang persepsi positif dan pemahaman tentang “siapa dan bagaimana” kak Nyanyang ini.
Secara personal saya tidak mengatakan bahwa legal opinion yang beredar di WAG pasca penetapan HYL benar ataupun kurang benar.
Namun setidaknya legal opinion tersebut menjadi referensi pembanding atau bahkan menjadi refetensi utama kita dalam menilai apa yang menimpa kak Nyanyang ini.
Minimal salah satu makna tersiratnya adalah bahwa persoalan hukum di negeri ini masih terus mencari format terbaiknya dalam upaya penegakannya dengan benar, dimana dia tidak lagi runcing kebawah tapi tumpul ke atas. Bahwa dia mesti harus ditegakkan seadil-adilnya.
Jika kita bicara tentang keadilan hukum, maka dalam beberapa tahun terakhir, prasangka seragam dalam masyarakat kita bahwa negara ini sedang mengalami 'situasi rumit' dalam mencari keadilan, mungkin tak sedikit yang akan mengaminkannya.
Mengutip data pengaduan Hariansyah dari Komnas HAM, yang mengungkapkan bahwa hak memperoleh keadilan di Indonesia masih memiliki masalah dan menjadi salah satu hak yang sering diadukan.
Dalam tahun 2020 terdapat kasus baru sebanyak 644. Hal ini tidaklah jauh berbeda dengan kondisi pada tiga tahun sebelumnya, yaitu di tahun 2017 yang mencapai 352 kasus, 2018 dengan 652 kasus, serta tahun 2019 mencapai 586 kasus (komnasham.go.id, 2021).
Legal opinion pasca penetapan HYL ini setidaknya bisa menjadi rujukan penting khalayak yang membaca berita seputar perkembangan kasus yang menimpa HYL.
Bahwa potensi kekeliruan dalam menegakkan keadilan di negeri ini masih menjadi persoalan klasik dan masih berpotensi menimpa siapapun itu.
Namun kita tetap menaruh harapan besar bahwa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar tentunya dengan catatan bahwa keadilan telah ditegakkan seadil-adilnya di negeri ini.
Saya teringat disuatu waktu kak Nyanyang pernah mengungkapan kalimat sederhana yang sampai sekarang selalu saya jadikan sebagai kalimat pengingat, bahwa "takdir Allah itu selalu mengandung banyak kebaikan, itu sepanjang kita mau mengambil hikmah di dalamnya".
Spirit dari kalimat sederhana itulah yang mungkin membuat senyum khasnya tak pernah hilang seperti yang tersirat dalam foto saat peristiwa penetapan itu.
Walau saat itu kita semua yakin dan percaya bahwa dia berada dalam kondisi yang sedang tak baik-baik saja. Namun kak Nyanyang tetap bisa tersenyum ramah seolah menegaskan "I'AM FINE AND EVERYTHING WILL BE OKAY".
Apa yang menimpa kak Nyanyang ini juga seolah mampu menjadi tali pengerat kembali orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya untuk bersuara dalam satu harmoni, memberikan dukungan moril dalam berbagai ruang dan kesempatan.
Bahwa ujian yang menimpanya tak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan kebanggaan pernah menjadi bahagian dalam aktivitas berlembaga/ berorganisasi dengannya.
Itulah salah satu kehebatan seorang kak Haris YL. Dalam berbagai keadaan dan kondisi pun dia tetap bisa menjadi seorang 'guru kehidupan' tempat belajar bagi adik-adiknya di organisasi akan makna dan hakikat hidup. Apapun yang menderanya, dia tetap sosok yang humanis.
Dia akan selalu menjadi pribadi yang dirindukan karena keramahan dan dengan segala kebaikannya yang tak pernah dan tak akan pernah memudar.
Keep Strong Kak Nyanyang!!