Ida Dayak

Ida Dayak Pulang Kampung saat Saingan 'Menampakkan Diri' Disambut Bak Ratu, Punya Rencana Lain

Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ida Dayak kabarnya telah pulang kampung ke Desa Pasir Belengkong, Kalimantan Timur, untuk merayakan Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriyah.

Kepada Serambinews.com, dr Rahmat mengatakan bahwa kondisi kakinya langsung membaik setelah mendapat sentuhan dari Bang Man.

"Lon ka lheuh Jak Meu urot keunan, meukilah aki, geu mat siat, ka Mangat... Dari arah bireun, ban troh geurugok belok kiri.. (Saya sudah pernah berobat urut ke sana (tempat Bang Man Urut). Kaki terkilir, dipegang-pegang sebentar, langsung membaik. Dari arah Bireuen, begitu sampai di Geurugok belok kiri)," ujarnya.

"Lon bersaksi,,memang hebat, ka 3 droe tukang urot di Sigli tetap hana glah aki, diba le Ngon lon keunan, langsong jeut dong operasi 2 jeum.

(Saya bersaksi, memang hebat. Sudah 3 orang tukang urut di Sigli (kaki saya) tetap tidak membaik. Begitu dibawa oleh teman saya ke sana ( Bang Man di Geureugok), saya langsung sanggup berdiri 2 jam untuk operasi (sebagai dokter ahli kandungan)" lanjut dr Rahmat.

“Hana meu troh siminet ka lheuh, jioh dari Sigli tajak, Hana meusiminet. (Enggak sampai semenit sudah selesai, padahal jauh-jauh datang dari Sigli),” ujarnya lagi.

Sigli, tempat dr Rahmat tinggal dan bertugas, berjarak sekira 120 kilometer.

“Hahaha. Nyan sengaja dokter, supaya na watee pajoh sate bak Apa Leh. Bek meukarat karat jak woe (Mungkin itu supaya dokter punya waktu menikmati sate Apa Leh),” ungkap temannya bercanda, menanggapi cepatnya Bang Man dalam menangani pasien.

“Lon pikee kok lagee mayang2 geumeu urot, ureung meusak keuing, geutarek2 badan siminet, ka jeut keu Jak Mangat.

(Macam orang main-main saat melihat beliau menangani pasien. Orang yang bermasalah di pinggang, ditarik-tarik badannya, hanya satu menit sudah bisa berjalan dengan normal),” pungkas Dr Rahmat.

Geureugok, tempat Bang Man Urut ini tinggal, adalah ibu kota Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen.

Geureugok, selama ini terkenal sebagai salah satu pusat kuliner di lintas Banda Aceh - Medan.

Sate Apa Leh dan mi kocok adalah dua kuliner yang paling terkenal di Geureugok.

Sudah Terkenal Sebelum Ida Dayak

Nama Bang Man ini sudah lama terkenal di Aceh, jauh sebelum viralnya Ida Dayak di medsos.

Namun nama Bang Man terkenal hanya sebatas di kalangan orang-orang yang berurusan dengan tulang belulang.

Bang Man juga tidak mau beratraksi, apalagi menari, sebelum mulai beraksi.

Setiap hari, tangan dinginnya melayani puluhan hingga ratusan pasien yang memenuhi halaman rumahnya.

Ia juga tidak pernah melihat, berapa uang yang dimasukkan oleh pasien yang ditanganinya ke dalam kantong bajunya.

Kemampuan Bang Man dalam menangani pasien keluhan tulang ini sudah mulai diasah sejak berumur 13 tahun, karena kerap membantu ayahnya yang juga ahli pengobatan tulang tradisional.

Bang Man, yang di Aceh sudah jauh lebih duluan terkenal dibandingkan Ida Dayak, sering menjadikan hasil rontgen sebelum memulai pengobatan.

Ia juga tetap mendengarkan diagnosis medis dari dokter yang disampaikan oleh pasiennya.

Bagi Bang Man tetap menganggap dokter medis sebagai mitra kerjanya.

"Dokter adalah mitra kerja dan bukan lawan, orang lain yang mengurut atau mengobati, bukan saingan, tapi mitra kerja," ujar Bang Man.

Lokasi atau rumah Bang Man yang melayani urut terkilir/patah dan sejenisnya ini sekitar 2 Km arah utara SPBU Simpang Leubu.

Dijumpai Serambinews.com di lokasi praktiknya, Sabtu (8/4/2023), Bang Man mengaku hanya menjalan habluminannas (hubungan baik dengan manusia) dan kesembuhan pasien adalah habluminallah (hubungan yang baik dengan Allah).

"Intinya melakukan upaya mengurut sesuai kemampuan, sedangkan yang menyembuhkan hanya Allah," ujarnya singkat.

Salah seorang keluarga dekat Salman kepada Serambinews.com mengatakan, Salman menjalankan pekerjaannya mengurut sudah turun temurun dari orang tuanya almarhum Tgk M Nur.

Salman kecil sudah mulai mendampingi orang tuanya mengurut warga terkilir dan sejenisnya itu sejak berusia 13 tahun, sejak itu ia mulai membantu mengurut bersama orang tuanya.

Setelah orang tuanya meninggal dunia beberapa tahun lalu, pekerjaan tersebut dilanjutkan olehnya.

Maka setiap hari, Salman melayani warga yang datang ke rumahnya untuk diminta bantu urut, dan dia melakukan semampunya.

Ada pasien yang disarankan untuk diperiksa di rumah sakit dulu, ada juga pasien yang belum bisa diurut.

Biasanya, kata keluarga dekat, setiap orang yang akan diurut tetap ditanyakan sebab musababnya, setelah diketahui penyebab sakit maka ia mengurut, ada juga pasien yang dianjurkan berobat ke rumah sakit dulu sebelum diurut.

Tak ada obat, tak ada penginapan

Dalam pengobatan tempat Salman tidak ada obat apapun dan tidak ada penginapan untuk pasien.

“Pasien datang ke rumah, ditanyakan kenapa sakit, kemudian diurut, Salman tidak menyediakan obat, obatnya banyak di apotek atau rumah sakit,” ujar keluarga dekat.

Pekerjaan mengurut yang dilakukan Salman atau bang Man, artinya tidak memerlukan tempat khusus di kompleks rumah.

Begitu pasien datang dan ada waktu mengurut, maka ia sambil keliling langsung mengurut.

“Misalnya, anak dalam gendongan ibunya, sambil berbicara langsung diurut,” ujar keluarga dekat.

Pekerjaan yang dilakukan untuk membantu warga yang sakit, tidak ada aturan dan tidak ada patokan harga.

Ia menjalankan pesan orang tua dulu, bila tidak mungkin diurut, maka jangan diurut.

Bang Man kembali disela-sela melayani pasien kembali menimpali bahwa praktik urut yang dijalankannya tidak ada jadwal khusus.

Kadang-kadang dilakukan pagi, siang atau sore dan lebih sering sore hari, tidak ada waktu tertentu mengurut karena takut tidak dapat ditepati nantinya.

Ilmu mengurut ulangnya, adalah turun temurun dari orang tua, waktu kecil ia mendampingi ayahnya mengobati orang.

Bang Man mengaku tidak belajar di tempat lain, tetapi murni mendampingi orang tua dan orang tua menurunkan ilmu, cara urut dan juga mengandalkan perasaan dan juga kata hati.

Dalam mengurut, kata Bang Man, semua saling menjaga.

"Dokter adalah mitra kerja dan bukan lawan, orang lain yang mengurut atau mengobati, bukan saingan, tapi mitra kerja," ucapnya. (*)

Berita Terkini